Widget HTML #1

Contoh Naskah Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Lomba GTK Inovatif dengan Model STAR

Hai Sobat Guru Penyemangat, apakah dirimu sedang bingung mencari contoh naskah praktik baik untuk keperluan lomba GTK Inovatif, khususnya tentang pembelajaran berdiferensiasi?

Nah jika bingung, di sini GuruPenyemangat.com telah menyediakan Contoh Naskah Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Lomba GTK Inovatif.

Contoh naskah praktik baik ini disusun dengan model STAR dan juga disesuaikan dengan kondisi sekolah di tempat mengajar.

Mari disimak ya:

Contoh Naskah Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Lomba GTK Inovatif dengan Model STAR

Judul: Integrasi Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Model Tadabbur Alam dan Media Ajar Interaktif MUKMIN  

A. Latar Belakang Masalah 

Di era gen alfa, kebutuhan untuk memberikan pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi setiap peserta didik menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Kita menyadari bahwa setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, baik dari segi kemampuan, minat, maupun gaya belajar. Belum lagi masing-masing dari mereka diciptakan beragam oleh Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk menerapkan stategi pembelajaran berdiferensiasi, di mana pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan minat individu peserta didik. Tidak cukup sampai di situ, di era Merdeka Belajar ini, perpaduan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran lain dan media interaktif juga menjadi pilihan strategi untuk bisa membuka cakrawala berpikir murid dalam rangka mengakui keberagaman yang ada. 

Diperlukannya perpaduan maupun integrasi pembelajaran ialah karena kondisi/situasi di sekolah saat ini semakin kompleks, rumit dan menantang. Sama halnya seperti apa yang saya alami di SD Negeri 08 Tebat Karai, Kepahiang. Tepat pada semester ganjil tahun pelajaran 2024/2025 ini kami mendapat kasus yang cukup unik, yang berkaitan dengan keragaman murid. 

SD Negeri 08 Tebat Karai pada tahun pelajaran ganjil ini sempat menerima seorang murid baru yang merupakan pindahan dari SD negeri desa tetangga. Murid ini adalah seorang laki-laki dengan keragaman khusus, yaitu murid laki-laki yang berambut panjang. Setelah dicari informasi lebih lanjut, alasan ia pindah ke SD tempat saya mengajar ialah karena ia dirundung dan diganggu oleh teman-temannya di SD sebelumnya karena persoalan rambutnya yang menyerupai perempuan. 

Hal ini sejatinya merupakan kasus dilema etika bagi kami guru-guru di SD Negeri 08 Tebat Karai. Bagaimana tidak, aturan sekolah menegaskan bahwa murid laki-laki mesti berambut rapi, sedangkan murid yang ingin pindah tadi berambut panjang dan belum pernah dipangkas sejak ia lahir hinggalah sekarang saat ia berusia 7 tahun. Namun dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan, keputusan bersama kami ambil untuk menerima murid tersebut supaya bisa bersekolah di SD Negeri 08 Tebat Karai. 

Seiring berjalannya waktu, saya dengan rekan guru terus menggali informasi demi informasi terkait dengan keragaman dari murid tersebut. Dan didapatlah data bahwa murid tersebut memiliki kepercayaan/pemahaman yang cukup berbeda dari masyarakat biasanya terkait dengan rambut. Orang tuanya sempat menuturkan bahwa rambut panjang anaknya adalah syarat baginya untuk mendapatkan seorang anak, sehingga ada larangan untuk memangkasnya karena akan dikhawatirkan anak tersebut sakit. Meski begitu, orang tuanya menuturkan bahwa persyaratan tersebut akan habis masa berlakunya ketika sang anak yang berinisiatif untuk memangkas rambut. 

Berangkat dari pemahaman dan kepercayaan tersebut, kami sebagai guru tetap menerima murid baru untuk bisa bersekolah, karena sejatinya sekolah merupakan hak setiap anak. Rencananya nanti, secara perlahan-lahan kami akan memberi pengertian dengan kedua orang tuanya supaya anaknya yang sudah pindah ke SD Negeri 08 Tebat Karai bisa memangkas rambutnya dan mengikuti tata tertib yang berlaku. Di sisi yang sama, sebagai guru, saya dan rekan guru pula berusaha untuk memberikan pengertian yang sama kepada murid-murid lain di sekolah untuk bisa menerima murid baru tersebut serta tidak mengejek-ngejeknya.  

Namun, memasuki bulan September 2024 kemarin, kami pun kecolongan. Murid baru tadi ternyata diganggu oleh murid kelas 3 dengan menyorakinya rambut panjang. Garagara kejadian tersebut, murid baru tadi tidak mau lagi datang ke sekolah. Menyikapi kejadian tersebut, usaha-usaha terus dilakukan, termasuk meminta murid kelas 3 untuk meminta maaf. Bujukan juga terus dilakukan terutama oleh guru kelas 1, dan juga temanteman sepermainan dari murid tersebut. Namun, nasi sudah menjadi bubur dan murid tersebut tidak mau bersekolah lagi hinggalah hari ini. 

Saya secara pribadi merasa terpukul dengan kejadian ini. Sebagai seorang guru, rasarasanya ini adalah kesalahan yang cukup fatal. Rekan-rekan guru pula merasa demikian. Maka darinya, saya pun mencari berbagai cara supaya kasus seperti itu tidak terulang lagi di hari esok dan di masa-masa mendatang. Salah satu inisiasi yang saya lakukan ialah mencoba untuk mengintegrasikan strategi pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran tadabbur alam dan media ajar interaktif ‘MUKMIN’. 

Di dalam materi ajar PAI, terutama pada fase B, ada bab pelajaran penting tentang toleransi dan keberagaman. Di sisi yang sama, saya juga teringat pernah menulis jurnal penelitian tentang Implementasi Model Pembelajaran Tadabbur Alam di SD Negeri 08 Tebat Karai. Maka darinya saya merasa tertarik untuk mengkombinasikan strategi pembelajaran berdiferensiasi dengan model tadabbur alam supaya murid-murid bisa menyadari bahwa masing-masing dari mereka sebenarnya adalah duta toleransi, dan juga duta keragaman.  

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dikemas sebaik mungkin untuk bisa memenuhi setiap kebutuhan murid, sedangkan tadabbur alam merupakan pendekatan pembelajaran yang mengajak murid untuk mengamati, merenungi, dan mempelajari kebesaran alam semesta sebagai manifestasi kekuasaan Tuhan. Lalu, bagaimana murid bisa menyadari tentang pentingnya menghargai keragaman? Tentu dengan mengajak mereka melihat dan mengamati dunia di sekeliling mereka, mengindentifikasi setiap keragaman yang ada, dan barulah mereka bisa menentukan sikap setelah itu. 

Untuk mendukung integrasi tersebut, saya pula membuat media ajar interaktif berbasis android yang bernama “MUKMIN”. MUKMIN sejatinya merupakan kependekan dari “Muslim Unggul dengan Keragaman dan Menghargai Inklusitivitas Nilai-nilai”. MUKMIN merupakan media ajar berbasis teknologi yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang interaktif bagi murid, menyenangkan, kekinian, dan sesuai dengan nilai-nilai Islami.  

Integrasi antara strategi pembelajaran berdiferensiasi, tadabbur alam, dan media interaktif MUKMIN diharapkan mampu memberikan solusi inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang holistik, relevan, menyenangkan, dan tepat sasaran. Murid sebagai setiap individu yang unik diharapkan mampu bertanggung jawab demi terciptanya kerukunan dan hidup yang indah karena saling menghargai keragaman. 

B. Tantangan dalam Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Tadabbur Alam dan Media Ajar Interaktif MUKMIN 

Tantangan terbesar dalam menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi adalah keberagaman-keberagaman yang muncul dari kebutuhan murid itu sendiri. Setiap murid memiliki kesiapan belajar yang berbeda, profil belajar yang berbeda, dan juga gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih suka belajar melalui visual, ada yang lebih efektif melalui pendengaran, dan ada yang lebih responsif terhadap pembelajaran gaya kinestetik. Belum selesai sampai di sana, perbedaan tingkat kemampuan juga menjadi tantangan, di mana beberapa murid mungkin memerlukan penjelasan yang lebih simpel, konkrit, dan sederhana, sedangkan murid lainnya membutuhkan tantangan yang lebih kompleks supaya terpicu pemikiran yang lebih kritis dan klinis. Oleh karena itu, guru perlu mampu mengelola kelas yang heterogen dengan baik, agar setiap murid tetap bisa belajar sesuai dengan kemampuannya. 

Menuju ke sisi yang sama, model pembelajaran tadabbur alam, meskipun menawarkan banyak manfaat, juga menemui berbagai tantangan yang bahkan cukup kompleks. Salah satunya adalah keterbatasan waktu dan fasilitas untuk mengajak siswa belajar di luar ruangan. Kegiatan tadabbur alam seringkali memerlukan tempat yang mendukung, seperti hutan, taman, atau lokasi lain yang menawarkan keindahan dan keajaiban alam. Namun, tidak semua sekolah memiliki akses mudah ke tempat-tempat tersebut. Lebih lanjut, pertimbangan lain seperti kondisi cuaca juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan, karena kegiatan tadabbur alam umumnya dilakukan di luar kelas. 

Tantangan berikutnya yaitu mengenai penggunaan media ajar interaktif MUKMIN. Masyarakat desa di sekitar SD Negeri 08 Tebat Karai sejatinya baru memasuki 2 tahun ini dalam menikmati fasilitas tower pemancar sinyal internet. Sebelumnya tidak ada tower di sini sehingga penggunaan HP menjadi sangat terbatas. Dengan demikian, diperlukan adaptasi secara berkala dalam menggunakan perangkat komunikasi digital. 

Di samping itu, Media ajar MUKMIN memerlukan kesiapan teknologi baik dari segi perangkat maupun keterampilan murid dan guru dalam mengoperasikannya. Bahkan pernah terjadi kasus ketika saya mencoba menginstal aplikasi ini di HP murid, aplikasinya tidak bisa terinstal karena kondisi RAM yang tidak memadai. Di sisi lain, belum semua sekolah atau murid memiliki akses yang memadai terhadap perangkat teknologi seperti HP. Selain itu, guru juga perlu memiliki kemampuan adaptasi di bidang literasi digital yang memadai untuk memanfaatkan media interaktif tersebut secara optimal. 

Terakhir, tantangan yang paling kompleks datangnya dari murid itu sendiri. Murid di SD Negeri 08 Tebat Karai mayoritas bersuku Serawai. Meski demikian, mereka saat ini mulai terpengaruh oleh fasilitas HP berupa media sosial dan games yang di dalamnya banyak sekali umpatan, kata-kata ejekan, serta hal-hal serupa yang menjurus kepada intoleransi dan sikap tidak menghargai dalam keragaman. 

Dalam menghadapi tantangan ini, rasanya keterlibatan berbagai pihak menjadi hal sangat penting. Guru bukanlah malaikat, sehingga guru tidak bisa bekerja sendiri, melainkan perlu berkolaborasi dengan berbagai elemen, seperti kepala sekolah, rekan guru, orang tua, hingga warga sekitar. Kepala sekolah berperan dalam menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, seperti kemudahan akses ke perangkat teknologi atau izin untuk mengadakan kegiatan di luar ruangan sekaligus izin kebolehan membawa HP ke sekolah. 

Di sisi yang sama orang tua juga perlu mendukung penuh proses pembelajaran, baik dengan memberikan dukungan moral maupun mengizinkan anaknya membawa HP sebagai fasilitas belajar berbasis android di sekolah. Selain itu, warga sekitar dapat berperan sebagai konten utama materi ajar yang nantinya tentang indahnya saling menghargai dalam keragaman. 

C. Aksi dan Implementasi Strategi 

Untuk mengatasi tantangan tersebut, saya mencoba untuk menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif yang menekankan kepada nilai-nilai positif yang bisa diangkat sehingga nantinya mampu memunculkan perubahan yang berkelanjutan. Berikut langkah strategis yang diambil dalam integrasi strategi pembelajaran berdiferensiasi dengan model tadabbur alam dan media ajar interaktif MUKMIN: 

1. Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Murid. 

Dalam mengindentifikasi kebutuhan murid, saya melakukan pengamatan, wawancara singkat terhadap murid, serta sharing dengan kepala sekolah dan rekan sejawat di SD Negeri 08 Tebat Karai. Dari pengamatan yang saya lakukan, sebelum diterapkannya pembelajaran dengan integrasi diferensiasi dengan model tadabbur alam dan media ajar interaktif MUKMIN, murid-murid masih ditemukan sering mencela temannya, mengejek pekerjaan orang tua temannya, serta menunjukkan kurang menghargai seperti memukul teman, serta bermain-main dengan teman dengan cara yang berlebihan. Di sisi yang sama, murid ketika ditanya tentang toleransi dan keragaman, mereka masih menjawab dengan jawaban yang umum seperti menghargai perbedaan agama. Padahal hal-hal yang krusial seperti perbedaan ras, profesi, jenis kelamin, dan adat istiadat setempat malah menjadi hal yang kurang tersentuh. 

Demikian pula dengan wawancara dan sharing kepada kepala sekolah dan guruguru kelas. Guru kelas berkisah bahwa murid-murid yang mereka ajar sepertinya sangat terpengaruh oleh games online yang dimainkan secara beregu. Dari pengaruh tersebut, anak-anak menjadi mudah sekali untuk mencela dan cukup intoleran terhadap keragaman yang ada. Di sisi yang sama, pada akhir pembelajaran saya juga beberapa kali melakukan refleksi terhadap kebutuhan murid. Dari sana, ditemukan banyak komentar dan masukan bahwa anak-anak ingin belajar di luar kelas sesekali, karena merasa bosan dengan aktivitas dalam ruangan yang hanya sekitar 3x4 meter saja. 

Dari berbagai temuan tersebut, ditambah lagi dengan fenomena yang saya sajikan pada bagian latar belakang, saya menyimpulkan bahwa murid-murid khususnya di SD Negeri 08 Tebat Karai sedang memerlukan pembelajaran yang dampaknya berupa sikap positif saling menghargai keragaman di sekitar kita. 

2. Implementasi Strategi Pembelajaran Diferensiasi dengan Model Tadabbur Alam dan Media Ajar Interaktif “MUKMIN”. 

Berangkat dari hasil data berupa kebutuhan murid, saya pun merancang dan mengimplementasikan strategi pembelajaran berdiferensiasi dengan model tadabbur alam dan media ajar interaktif “MUKMIN” yang fleksibel, kontekstual, dan juga menyenangkan. Yang menjadi konten utama dari pembelajaran ini adalah kasus murid yang tidak mau sekolah lagi karena dicela rambut panjang, video tentang keragaman, materi ajar dalam media interaktif “MUKMIN”, dan juga alam sekitar dengan keragamannya yang luar biasa. 

Selanjutnya, dalam proses asosiasi, murid dibentuk menjadi kelompok dengan memetakan profil belajar mereka, yaitu daerah spesifik tempat tinggal mereka. Di SD Negeri 08 Tebat Karai, murid-murid yang bersekolah berasal dari 3 desa utama yaitu desa Sinar Gunung, desa Nanti Agung, dan juga desa Karang Tengah. Meski begitu, mayoritas tempat tinggal mereka adalah di desa Sinar Gunung. Di desa ini terdapat 3 dusun, sehingga saya memetakan mereka menjadi kelompok Sinar Gunung dusun 1, kelompok Sinar Gunung dusun 2, dan kelompok Sinar Gunung dusun 3. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa mengenal masyarakat tempat mereka tinggal beserta keragaman yang dimiliki. 

Dalam proses pembelajarannya, saya memadukan pendekatan pembelajaran diferensiasi dengan model tadabbur alam, sehingga sintaks pembelajarannya menjadi sebagai berikut: 

a. Pemberian Penjelasan Awal dan Stimulus. 

Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan awal mengenai materi Indahnya Saling Menghargai dalam Keberagaman, tujuan belajar, serta hal-hal yang menjadi harapan dari pembelajaran. 

b. Menghadirkan Pernyataan Konflik dan Masalah. 

Pada tahap ini, murid dihadirkan pernyataan konflik dan masalah-masalah berbasis fenomena di sekitar kita, utamanya yaitu kasus mengenai keragaman seperti murid baru yang tidak mau sekolah lagi karena rambut panjang. Pada langkah ini, guru bisa menghadirkan pro dan kontra terkait keragaman sembari mengajak murid mencermati materi ajar. 

c. Pengumpulan Data dan Informasi Melalui Tadabbur Alam.  

Memasuki langkah ketiga, murid diajak untuk berkeliling menuju lingkungan di sekitar sekolah. Mereka melewati 3 dusun desa Sinar Gunung secara bersama-sama untuk mengumpulkan data dan informasi berdasarkan pernyataan konflik dan masalah yang telah disampaikan oleh guru. Pada aktivitas ini mereka pun menemukan jenis keragaman seperti perbedaan usia, jenis kelamin, suku, profesi, bahasa, agama, hingga ras. 

d. Kegiatan Perenungan. 

Setelah data selesai dikumpulkan, melalui motivasi guru para murid diajak untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam sekitar kemudian mengaitkannya dengan materi tentang keragaman. 

e. Menentukan Perilaku Pengamalan yang Tepat. 

Setelah kegiatan perenungan, murid secara individu maupun kelompok diajak untuk memikirkan sikap dan perilaku pengalaman apa yang tepat dan sesuai dengan materi ajar. 

f. Pemaparan Kesimpulan 

Langkah terakhir dari model pembelajaran Tadabbur Alam yaitu pemaparan kesimpulan. Melalui bimbingan guru sebagai fasilitator, murid secara individu maupun kelompok diminta untuk memaparkan kesimpulan hasil pengamatan, serta kesan dan kesan terkait dengan kegiatan belajar sembari berbagai ciptaan Allah SWT. Supaya lebih menyenangkan, bisa diselipkan berbagai ice breaking di selasela tahap ini. 

3. Integrasi Media Ajar Interaktif “MUKMIN” ke dalam Pembelajaran 

Setelah proses pembelajaran diferensiasi dan model tadabbur alam dilaksanakan, maka langkah ketiga adalah mengintegrasikan media ajar interaktif MUKMIN ke dalam pembelajaran. MUKMIN adalah media ajar interaktif berbasis android yang berformat APK. Di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kata-kata mutiara terkait materi, dan juga quiz uji pemahaman. Dengan demikian, untuk penerapannya, masing-masing murid perlu menginstal terlebih dahulu APK MUKMIN sebelum digunakan. 

Setelah aplikasi MUKMIN berhasil diinstal, setiap murid secara individu bisa mulai mengakses berbagai fitur interaktif untuk menyegarkan kembali pemahaman mereka tentang nilai-nilai keragaman dan juga toleransi. Selanjutnya, murid secara individu bisa mengerjakan quiz dan melihat sejauh mana pemahaman mereka berdasarkan skor yang tertera di akhir quiz. Selain itu, murid juga bisa merefleksikan kembali nilai-nilai keragaman dengan merenungkan kata-kata mutiara yang terdapat dalam aplikasi MUKMIN. 

Dalam implementasinya lebih lanjut, guru juga melibatkan orang tua dengan memberikan panduan agar mereka dapat mendampingi murid saat belajar di rumah, terutama ketika menggunakan media interaktif MUKMIN. Kolaborasi dengan orang tua menjadi hal yang sangat krusial dan penting di era ini, terutama dalam hal pengawasan dan dukungan terhadap pemanfaatan HP secara positif dan produktif. 

D. Refleksi: Hasil dan Dampak

Setelah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan model tadabbur alam dan media ajar interaktif MUKMIN, hasil yang diperoleh menunjukkan dampak positif terutama dari murid. 

Pertama, murid menunjukkan perilaku peningkatan motivasi belajar. Hal ini didasarkan pada pengalaman belajar yang variatif, baik melalui tadabbur alam maupun penggunaan media interaktif, menjadikan mereka lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Mereka merasa pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak monoton. 

Kedua, kemampuan akademik murid pada materi keragaman juga bagus. Dengan pendekatan berdiferensiasi, murid yang memiliki kemampuan lebih lambat dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan ritme mereka, sementara murid yang lebih cepat bisa mendapatkan tantangan tambahan, sekaligus menjadi motivator bagi rekan sebayanya. Hal ini terbukti dari hasil quiz yang menunjukkan nilai bagus dan sudah cukup mewakili pemahaman mereka. 

Ketiga, aspek spiritual dan emosional murid juga berkembang lebih matang. Melalui kegiatan tadabbur alam, murid-murid secara kelompok maupun individu sebenarnya sedang diajak untuk merenungi kebesaran Tuhan dan sekaligus lebih menghargai lingkungan alam sekitar sebagai suatu keragaman. Peningkatan aspek ini terlihat ketika murid yang berbeda dusun namun tetap mendukung, menyemangati, dan membantu teman lainnya secara sukarela. 

Keempat, munculnya sikap empati. Saya yakin dan percaya bahwa nilai empati tidak muncul secara tiba-tiba melainkan perlu diasah dengan pengetahuan dan pemaknaan mendalam mengenai materi toleransi dan keragaman. Setelah murid melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dengan model tadabbur alam dan media ajar interaktif “MUKMIN”, sikap empati mereka semakin tumbuh dengan tidak membeda-bedakan teman, perhatian dengan teman yang kesulitan, serta tidak mengejek-ejek teman lain berdasarkan bahasa, dialeg, suku, maupun profesi orang tuanya. 

Kelima, murid antusias untuk berbagi materi keragaman dengan teman sejawat. Hal ini terlihat dari aktivitas mereka yang suka bercerita dengan teman di kelas yang lebih tinggi maupun teman di kelas yang lebih rendah mengenai materi keragaman. Mereka bercerita tentang saling menghargai profesi orang tua, suku, hingga dialeg. 

Keenam, integrasi strategi pembelajaran berdiferensiasi dengan model tadabbur alam mulai diadopsi oleh rekan sejawat. Pembelajaran di luar kelas dengan mengadopsi model tadabbur alam mulai diterapkan rutin oleh rekan sejawat seperti materi garis bilangan, pembelajaran IPA, hingga kegiatan lainnya. 

 Dengan hasil dan dampak di atas, sejatinya ada beberapa tantangan yang masih perlu diatasi. Salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur teknologi. Tidak semua murid memiliki HP yang support dengan aplikasi media interaktif MUKMIN, terutama bagi murid dari keluarga kurang mampu. Meski demikian, beberapa murid juga mengungkapkan bahwa mereka merasa lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar karena pendekatan yang lebih interaktif dan bervariasi. 

Pembelajaran dari keseluruhan proses ini adalah pentingnya kolaborasi dan inovasi dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna. Integrasi antara pembelajaran berdiferensiasi, tadabbur alam, dan media ajar interaktif seperti MUKMIN mampu menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya, bermakna, dan menyenangkan. Karena jika kelas terkadang terasa sempit untuk dimasuki oleh pengetahuan, maka kita perlu keluar dari kelas untuk menjemput pengetahuan tersebut. Namun, untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar, perlu ada upaya untuk terus meningkatkan infrastruktur, keterampilan guru, serta dukungan dari berbagai pihak terkait. 

Dalam jangka panjang, diharapkan praktik baik ini dapat menjadi model pembelajaran yang diterapkan lebih luas, dengan materi ajar yang lebih mendalam dan variatif sehingga lebih banyak murid yang dapat merasakan manfaatnya. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk mencerdaskan bangsa, tetapi juga membentuk generasi yang berakhlak mulia dan siap menghadapi tantangan di hari esok. 

***

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Contoh Naskah Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Lomba GTK Inovatif dengan Model STAR"