Widget HTML #1

Cerpen: Sahabat Till Jannah

Ilustrasi Cerita Tentang Persahabatan
Ilustrasi Cerita Tentang Persahabatan. Gambar oleh Peggy und Marco Lachmann-Anke dari Pixabay 

Hai, Sobat Guru Penyemangat. Sesungguhnya ada berapa banyak sahabatmu hari ini?

Agaknya kalau kita berkisah tentang sahabat, itu susah-susah gampang ya. Ada yang kita anggap sahabat, eh, esok hari dia menghilang. Ada yang kita anggap teman, eh ternyata lebih dari teman.

Dalam beberapa situasi, terkadang kehadiran seorang sahabat bisa memengaruhi perilaku seseorang.

Jikalau sahabatnya adalah orang yang berbudi pekerti mulia, setidaknya kita bisa tertular dan mengikuti kebiasaan baik tersebut. Tapi jikalau sebaliknya? Jawab sendiri saja, ya. Eh

Nah, pada sajian kali ini Gurupenyemangat.com bakal menghadirkan cerpen bertema persahabatan.

Cerpen tentang persahabatan ini berkisah tentang bagaimana seorang sahabat sejati dapat mengantarkan kita untuk lebih dekat dengan kebaikan.

Mari disimak saja ya:

Cerpen: Sahabat Till Jannah

Oleh Reka Puspa Lestari

Sahabat Till Jannah
Sahabat Till Jannah. Gambar oleh 8007199 dari Pixabay

Hai! Namaku Intan Maghfirah. Aku seorang mahasiswi di Universitas Islam di kota Yogyakarta. Aku sering menghabiskan waktuku di perpustakaan kampus.

Bukan karena hobi membaca, tapi memang perpustakaan di kampusku ini masuk kategori nyaman, bersih, ber- AC dan buku-bukunya banyak.

Aku sangat sering ke sini. Sampai akhirnya aku bertemu dengan sahabatku Siti Khadijah namanya.

Kami memang satu kampus tapi baru bertemu dan menjadi akrab di Perpustakan. Ya, memang kampusku sangat luas dan kami beda jurusan.

Aku jurusan Pendidikan Bahasa Inggris sedangkan dia jurusan Pendidikan Bahasa Arab. 

Seperti biasa, pagi ini sangat indah. Langit tampak sangat biru. Udara sekitar terasa sejuk menyentuh kulit.

Burung-burung terdengar riang bernyanyi. Kicauannya menemani aktivitas mahasiswa di kampusku.

"Siti, sepulang kuliah kita ke perpus yuk? Aku ada materi yang mau kucari" ujarku.

"Ayok, kebetulan aku juga ada yang mau dicari" Jawab Intan.

Maklumlah kami sekarang sama-sama di semester akhir yang butuh banyak referensi buku untuk menyelesaikan skripsi kami.

Aku tidak menyangka bisa bersahabat dengan dia.

Boleh Baca: Cerita Pengalaman Bersama Sahabat yang Berkesan di Hati

Bagaimana tidak, dia yang terkesan selintas cuek, pintar, tidak suka keramaian dan cenderung pendiam.

Sedangkan aku yang heboh dan cerewet sangat berbanding terbalik dengan dia.

Siti sahabatku ini vibes-nya sangat positif, beliau benar-benar menggambarkan wanita muslimah.

Beliau seorang yang berjilbab panjang, tidak pernah tinggal shalat 5 waktu dan dia juga sangat rajin mengikuti kajian-kajian islami yang memang di kotaku rutin diadakan setiap seminggu sekali.

Sedangkan aku, yang memakai jilbab saja masih belum konsisten, masih menggunakan celana jeans dan terkesan masih mengikuti fashion yang memang lagi hits di era sekarang.

Sampai akhirnya, mungkin karena memang sudah dekat.

Pernah suatu waktu, dia "menculikku" dengan modus tolong kawani dia ke rumah temannya.

"Tan kamu sibuk nggak? Kawani aku, kerumah teman ku yuk? Sebentar saja" Tanya Siti kepadaku.

"Kebetulan nggak sibuk sih, nanti aku temani. Tapi kamu jemput aku ya"

"Iya Tan, sebentar lagi aku jemput. Jangan lupa pakai jilbab ya"

"Oke." Ujarku singkat.

Dan ternyata aku diajak nya mengikuti kajian yang sering dia ikuti.

Ya memang sebenarnya sudah sering beliau mengajakku, tapi selalu saja ada alasan diriku menolak. Bukan karena apa-apa, aku masih takut mengikuti kajian-kajian seperti itu.

Dan hari ini beliau berhasil mengajakku walaupun dengan cara yang unik ~menurutku dengan "menculik secara halus" ~ sehingga aku tidak bisa lagi menolak.

Untung saja hari ini aku mengikuti sarannya untuk hari ini memakai jilbab. Andai saja hari ini aku tidak berjilbab, pasti aku menjadi sosok orang yang rasanya paling banyak sekali dosanya.

Akhirnya aku ikutilah kajian hari itu sampai selesai dengan hikmat, dengan rasa yang campur aduk.

Ada takut, tercengang, takjub dan sedikit merasa tertampar.

Masya Allah, sungguh beruntung diriku dipertemukan dengan sahabatku Siti Khadijah ini.

Boleh Baca: Cerpen Tentang Persahabatan di Sekolah Singkat

"Tan, maaf ya hari ini terpaksa aku ajak kamu mengikuti kajian yang sering kuikuti pasti kamu terkejut ya" ujarku

"Iya ih, sebenarnya aku terkejut sekali Ti. Untung saja aku turut kata mu untuk hari ini pakai jilbab, kalau tidak ya ampun pasti malu sekali aku."

Dia pun tertawa "Kalau tadi seandainya, kamu tidak mau pakai jilbab pastilah kupaksa wajib pakai jilbab. Untung saja kamu turut."

"Iya, eh ternyata seperti itu ya Ti, kajian yang sering kamu ikuti setiap minggu itu ya? Pantas saja kamu tambah pintar kalo tentang agama," ujarku sambil tertawa

"Iya Tan, banyak manfaatnya salah satunya ilmu agama kita semakin bertambah Insya Allah kita dapat memahami bagaimana seharusnya kita berperilaku dan berpenampilan sebagai seorang muslimah. Nggak rugi kok Tan."

"Iya Ti, setelah kupikir-pikir banyak sekali manfaatnya. Bodoh sekali aku, kenapa tidak dari dulu aku ikuti kamu ke kajian. Kenapa harus dengan cara yang "unik" seperti ini baru mau ikut kajian"

Dengan tertawa khasnya, Siti menjawab "Tidak ada kata terlambat Tan. Untung sahabatmu ini tidak habis cara untuk mengajakmu. Eh kalau minggu depan kira-kira mau ikut lagi nggak? Atau jangan-jangan udah kapok?"

"Mau mau, tapi jemput lagi ya. Aku masih canggung dan takut soalnya."

"Alhamdulillah, oke deh siap. Pokoknya kamu aku jemput Tan. Tenang aja."

Semenjak hari itu, aku pun jadi sering dan candu ikut Siti ke kajiannya.

Dan tanpa kusadari penampilanku mulai berangsur berubah, ya memang masih belum seutuhnya berubah seperti penampilan Siti.

Aku sudah mulai konsisten memakai jilbab dan alhamdulillah jilbabku sekarang sudah mulai menutup dada tidak hanya itu. semua jeans yang dulu sering aku gunakan sekarang kuganti dengan baju-baju gamis.

Masya Allah sungguh beruntung, aku dipertemukan dengan Siti sahabatku ini.

Sungguh Allah mengirimkan banyak sekali orang baik kepadaku.

Salah satunya Siti, melalui perantara Siti akhirnya aku mengetahui bagaimana seharusnya kita berperilaku dan berpenampilan sebagai seorang muslimah.

Tidak hanya itu, berkat beliau sekarang ilmu agamaku sungguh menanjak drastis dan shalatku yang dahulu masih sangat bolong-bolong dan alhamdulillah sekarang sudah 5 waktu walaupun masih belum tepat waktu.

Dan satu lagi selain berjuang menunaikan shalat aku masih berjuang untuk selalu memakai kaos kaki.

Semoga saja persahabatan antara aku dengan Siti terus berlanjut. Kalau bahasa kerennya semoga kami menjadi "Sahabat Till Jannah" aamiin.

***

Nah, demikianlah tadi seutas cerpen yang berkisah tentang persahabatan.

Belajar dari cerpen di atas, kita bisa memetik makna bahwa sahabat terbaik bukan saja mereka yang peduli, melainkan mereka yang juga bisa menuntun kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen: Sahabat Till Jannah"