Cerpen: Berjuang Bangkit dari Keterpurukan
Cerpen Berjuang Bangkit dari Keterpurukan. Dok. Gurupenyemangat.com |
Hai, Sobat Guru Penyemangat, sudah sejauh mana perjuanganmu hari ini? Mungkinkah dikau mulai merasa lelah?
Kenyataannya, hidup ini penuh dengan kisah lelah, ya. Walaupun begitu, kita pun tak boleh berhenti berjuang.
Ada masa-masa di mana kita diberi ujian oleh Tuhan berupa keterpurukan.
Tapi…
Apakah kita harus tetap betah berteman dengan keterpurukan tersebut? Sebaiknya jangan, ya. Jangan berlama-lama dalam murung. Kita harus bangkit!
Pada kesempatan kali ini kebetulan Gurupenyemangat.com mendapat kiriman cerpen dari Semarang, tepatnya oleh Kak Anita Putri Kirana.
Cerpen berikut berkisah tentang pentingnya berjuang demi bangkit dari keterpurukan sehingga bisa mendapatkan hasil yang terbaik.
Mari disimak ya:
Cerpen: Berjuang Bangkit dari Keterpurukan
Oleh Anita Putri Kirana
Pagi dengan sinar mentari yang hangat, seluruh siswa-siswi SMP 1 Ngaliyan berkumpul di halaman sekolah.
Mulanya, tidak ada yang mengira jika itu akan menjadi hari yang paling berkesan dalam catatan harian mereka.
Terdengar suara wanita yang sudah paruh baya mengalihkan seluruh pandangan para murid.
“Selamat pagi anak-anak! Pada kesempatan kali ini, kita akan mengumumkan sebuah berita yang kalian tunggu di penghujung tahun ini. Bersiaplah! Nilai Rapor semester ganjil akan dibagikan," lantang suara kepala sekolah.
Riuh rendah suara siswa-siswa menyeruak menggema di halaman sekolah.
Sebagian siswa ada yang merasa biasa saja dengan hasil yang akan mereka terima. Namun, sebagian yang lain merasa senam jantung jikalau hasil yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan harapan.
Sama halnya dengan Shely, seorang gadis yang bermata bundar itu nampak sedikit panik. Ia tak kunjung berhenti meremas-remas jarinya sedari tadi.
"Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Linda untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.
“Ah, nggak. Aku gapapa kok, Lin," jawabnya.
Degupan jantung Shely makin tak teratur. Meski sudah berulang kali mencoba meyakinkan diri bahwa ia akan memperoleh hasil maksimal. Tetap saja, hal itu tak mampu menghilangkan rasa cemas pada dirinya lantaran ia tak mau kecewa pada semester ini.
“Tenang! Aku pasti akan mendapatkan yang terbaik,” batinnya.
Hari demi hari. Kejadian itu telah lewat dua minggu yang lalu. Namun, ingatan dan rasa sakitnya masih terus membekas pada diri Shely.
Sebab, orang yang tak pernah ia sangka telah menjadi penyebab munculnya sakit hati pada diri Shely saat ini.
Dia adalah Tania.
Memang dialah saingan terbesar sejak duduk di bangku kelas 7. Tania selalu menempel ketat di bawah peringkat Shely. Namun, yang terjadi pada semester kemarin sedikit berbeda.
Tania merebut posisinya tanpa permisi.
“Duh, maaf ya yang peringkatnya aku rebut. Bagaimana, enak gak dapat peringkat di bawahku?" Celetuk ala ledekan Tania kepada Shely.
Shely diam tak menggubris perkataan Tania.
Berkat ejekan Tania, Shely seakan termotivasi untuk belajar lebih keras lagi dibanding sebelumnya. Ia yakin bahwa Allah SWT akan membantu mengabulkan keinginannya kali ini.
Aktivitas harian Shely berubah dengan sebelumnya.
Ilustrasi Belajar Giat. Foto oleh Isaac Taylor dari Pexels |
Jika sebelumnya, ia sering memutar dan mendengarkan musik favorit di ponselnya selepas pulang sekolah. Maka kali ini, pandangannya teralih pada tumpukan buku.
Satu per satu tumpukan buku tersebut berhasil dipelajari oleh Shely. Tak terasa, empat jam telah berlalu ia habiskan di atas meja belajar. Hingga muncullah rasa kantuk pada diri Shely.
'Perjuangan belum selesai, aku gak boleh kalah sama rasa kantuk ini' gumamnya di dalam hati.
Shely kembali meraih buku-buku dan mempelajari banyak hal. Semangat yang begitu membara berhasil menaklukkan rasa malasnya.
Boleh Baca: Cerpen Tentang Pesan dari Ibu Guru Agar Dirimu Lebih Serius dalam Belajar
Perjuangan Shely dalam merebut kembali posisinya tidaklah mudah.
Suatu hari, ia dikucilkan oleh temannya lantaran tak memberikan contekan kepada mereka ketika Ujian Tengah Semester (UTS).
“Ssst... Shel, apa jawaban nomor 5?” bisik Nilna pada Shely.
Gadis tersebut menoleh, namun kemudian kembali fokus pada lembar jawabannya.
Nilna mendesis kesal terhadap respon Shely yang sombong. Tak lama kemudian, giliran Widya yang meminta jawaban pada Shely.
“Ssst... Shel, kasih tau jawaban nomor 8 dong!” pinta Widya.
Sama seperti sebelumnya, Shely mengabaikannya. Kemudian, ia tersenyum.
“Mari kita lihat siapa yang akan meraih peringkat satu!”
Shely yang tidak mau memberikan contekan, membuat teman sekelasnya menjadi murka dan berniat ingin mengucilkan dirinya.
“Hai teman-teman! Kalian sekarang tahu kan kalau Shely pelit banget ketika UTS kemarin?” Ucap lantang Nilna di dalam kelas 8A.
“Iya tuh, kemarin saat aku minta jawaban sama dia, dicuekin gitu aja,” ujar Widya.
“Nah, kan, Gimana jika kita kucilkan aja dia di kelas? setuju gak?”
“Setuju!”
Semenjak hari itu, Shely selalu merasa seperti sesak dada ketika berada di dalam kelas. Karena tak ada lagi yang berteman dengannya. Namun, hal tak sedikit menyurutkan semangat Shely.
Justru ia semakin mendekatkan diri kepada Allah dan yakin bahwa nilai ujian ini semata-mata untuk menguatkan keimanannya.
Hari yang sangat berat pelan-pelan mulai terlewati dengan baik. Shely tersenyum lega. Ia berharap kerja kerasnya kali ini akan membuahkan hasil yang bagus.
“Hei! Sendirian aja, Apa kamu sudah yakin kali ini bisa menggeser Tania?” ucap Linda yang sedikit mengagetkan Shely.
“Aku harap sih begitu, Lin.” jawab Shely yang sedikit ragu.
***
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari ini, seluruh siswa SMP 1 Ngaliyan akan menerima rapor Ujian Tengah Semester.
Nilna, Widya, dan Tania telah tak sabar menunggu hasil belajar selama tiga bulan belakangan ini.
“Aku pikir Shely akan dapat peringkat satu deh kali ini,” ucap Widya yang memecah keheningan di antara mereka bertiga.
“Hm, benar juga apa katamu, Wid,” balas Nilna.
Boleh Baca: Cerpen Tentang Pentingnya Menghargai Orang Lain (Rahasia Warna Pelangi)
Ketika masih asyik membicarakan Shely, mereka dikagetkan dengan keberadaan Bu Eka yang telah memasuki ruang kelas. Suasana kelas seketika menjadi sunyi.
“Baiklah, Anak-anak. Ibu akan segera membagikan rapor Ujian Tengah Semester.”
Suasana mencekam menyelimuti kelas. Bahkan, di antara mereka ada yang kesulitan dalam meneguk ludah.
“Juara kelas kali ini diraih oleh … Shely Damayanti.”
Suara gemuruh memenuhi ruang kelas. Mereka melayangkan pujian kepada Shely.
Tak lama kemudian, Widya dan Nilna pun menghampiri Shely dan meminta maaf kepadanya lantaran ia telah mengucilkannya di dalam kelas. Shely pun memaafkan dengan senyum yang lebar.
***
Nah, demikianlah tadi seutas cerpen penuh motivasi tentang bagaimana seorang Shely bisa bangkit dari keterpurukan demi merengkuh hasil yang lebih baik.
Semoga bermanfaat nan menginspirasi, ya.
Salam.
Posting Komentar untuk "Cerpen: Berjuang Bangkit dari Keterpurukan"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)