Cerita Pendek Tentang Ikhlas Singkat: Tetap Memberi di Waktu Lapang Maupun Sempit
Cerita Pendek Tentang Ikhlas Singkat. Dok. Gurupenyemangat.com |
Hai, Sobat Guru Penyemangat, bisakah kamu ceritakan secara singkat kisah orang yang memiliki perilaku ikhlas?
Sejatinya
ikhlas itu tidak cukup hanya dari kata saja, kan? Karena perilaku ikhlas
berawal dari niat yang baik, niat yang rela, dan niat yang tulus.
Bila niatnya
sudah tidak ikhlas, maka mengerjakan sesuatu jadi setengah hati alias tidak
tulus.
Tapi,
berikut Guru Penyemangat bakal hadirkan cerpen tentang ikhlas lho.
Cerita
singkat tentang ikhlas berikut menceritakan tentang seseorang yang tetap
memberi baik di waktu lapang maupun waktu sempit.
Mari disimak saja ya:
Cerpen Tentang Ikhlas: Tetap Memberi di Waktu Lapang Maupun Sempit
Hari itu
adalah hari Senin. Semua orang tampak sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang
buru-buru mengejar bis agar tidak tiba di kantor. Ada orang tua yang
mengantarkan anaknya sekolah, dan ada pula orang yang baru saja pulang dari pekerjaannya.
Tidak
terkecuali, Pak Alan pula begitu.
Sejak pagi
hari ia sudah sibuk menyiapkan jualan telur gulung. Tidak lupa, ia memompa ban
terlebih dahulu supaya nanti kegiatanny berniaga ke jalan raya tidak menemui
masalah yang berarti.
Tapi,
walaupun nanti di suatu ketika ia mendapati dirinya terkena musibah seperti ban
gerobak jualan yang pecah atau kesulitan lainnya, ia akan terus belajar ikhlas
dan menganggap kejadian itu adalah sesuatu yang terbaik untuknya.
Karena hari
ini adalah hari Senin, Pak Alan punya rasa optimisme yang besar. Ia berpikir
positif bahwa nanti para pembeli telur gulung yang ia jual bakal lebih banyak.
*
Pukul 09.00
WIB, Pak Alan sudah tiba di samping pintu gerbang sebuah sekolah dasar. Sebagaimana
yang diketahui, pukul 09.30 biasanya anak-anak SD bakal memasuki jam istirahat
pertama.
Pak Alan pun
sudah bersemangat sejak pagi. Ia bahkan menyiapkan dua karpet telur tambahan
sebagai persiapan jikalau nanti telur gulung terjual habis sebelum waktunya.
*
Nyaris satu
jam Pak Alan menanti siswa di pintu gerbang SD. Entah mengapa tidak ada satu
pun siswa yang keluar dari atau bermain di halaman sekolah.
Hanya ada
seorang penjaga sekolah yang tampak bolak-balik memeriksa kelas dan ruang guru.
Pak Alan
yang penasaran langsung bertanya kepada penjaga sekolah tersebut.
“Mang,
sekarang belum masuk jam istirahat, kah?”
“Oalah,
anak-anak tadi pukul 08.30 sudah pulang, Pak. Soalnya hari ini para dewan guru
sedang ada acara rapat di Aula Dinas Pendidikan.”
Pak Alan pun
tersenyum rendah dan langsung meninggalkan penjaga sekolah dengan perasaan
setengah patah.
Seketika
mendorong kembali gerobak telur gulung, barulah terasa olehnya bahwa gerobak
jualan hari ini lebih berat daripada hari kemarin, karena memang porsi
jualannya lebih besar.
Tapi apalah
daya, Allah memiliki rencana lain dan nikmat yang besar. Ya, nikmat kali ini
adalah ujian bagi Pak Alan untuk lebih sabar dalam menghadapi cobaan dari
Allah.
Otomatis
penghasil Pak Alan hari ini akan semakin sedikit daripada hari-hari sebelumnya.
Demi
menyenangkan hatinya, Pak Alan melantunkan shalawat Nabi sembari berdoa kepada
Allah agar diberikan kelapangan hati dan dibukakan pintu rezeki.
Sesaat
sembari duduk santai, tiba-tiba Pak Alan didatangi oleh anak kecil yang
memungut sampah untuk dijual kembali.
“Nak, sini.
Kamu kok tidak sekolah?” tanya Pak Alan
“Wah, saya
tidak punya biaya untuk sekolah, Pak. Saya hanya seorang diri. Ayah dan Ibu
sudah meninggal dunia,” terang si anak
Pak Alan pun
menyiapkan beberapa porsi telur gulung dan memasukkan beberapa lembar uang
sepuluh ribuan ke dalam plastik tersebut.
“Nak, ini
Bapak beri cemilan agar kamu tetap semangat bekerja,” ujar Pak Alan sembari
memberikan telur gulung dan sejumlah uang
Boleh Baca: Cerita Pendek Tentang Sedekah
“Alhamdulillah.
Terima kasih, ya Pak. Saya doakan semoga dagangan Bapak laris manis dan berkah.”
“Aamiin Ya
Robbal’aalamiin.”
Pak Alan
menyadari bahwa keadaan ia di hari itu serasa sempit. Ia belum mendapatkan pelanggan
walau hanya seorang.
Hanya saja,
Pak Alan tetap berusaha ikhlas dalam memberi. Pak Alan merasa bersyukur karena
walaupun hanya jualan telur gulung, namun penghasilannya masih cukup untuk
menghidupi keluarga.
Lebih
daripada itu, ia pula menyadari bahwa perilaku ikhlas harus tetap dilakukan
entah itu di waktu sempit maupun waktu lapang.
Ikhlas pula
tidak harus tentang pemberian yang banyak, tidak harus selalu memberi uang, dan
tidak pula harus menunggu kaya.
*
Hari sudah
mulai sore. Pak Alan sudah berkeliling ke sana-kemari sembari mendorong
gerobaknya. Tapi sayang, pelanggannya barulah 5 orang saja.
Berapa pun
pelangganku hari ini, insya Allah aku akan tetap bersyukur kepada Allah. Semoga
Allah membukakan pintu rezeki yang seluas-luasnya kepadaku. Begitu doa Pak
Alan.
*
“Pak, telur
gulungnya masih ada? Tolong bungkuskan 100 porsi ya…”
Dalam
lamunnya yang sesaat itu, tiba-tiba Pak Alan didatangi oleh seorang pelanggan.
Pakaiannya rapi, namun gaya bicaranya amatlah sederhana. Sepertinya pemuda ini
adalah orang kantoran.
“Wah,
alhamdulillah. Ini serius, Mas?” tanya Pak Alan seraya penasaran.
“Iya, Pak.
Ini kami ada acara rapat dadakan, sedangkan saya tidak punya waktu untuk
mencari cemilan lainnya. Beruntung di sini ada telur gulung,” jelas pemuda
tersebut
“Oke siap,
Mas. Segera saya bikinkan.”
Hati Pak
Alan hari itu sangat senang. Dia tidak menyangka bahwa kesabaran tadi pagi
langsung berbuah. Rencana Allah memang yang paling baik, dan Allah sesuai
dengan prasangka hamba-Nya.
*Tamat*
Nah,
demikianlah tadi secarik cerita singkat tentang orang yang memiliki perilaku
ikhlas.
Dari kisah
di atas, kita bisa memetik pelajaran bahwa perilaku ikhlas bisa dilakukan
setiap saat baik di waktu lapang maupun waktu sempit, di waktu senang maupun
susah.
Salam.
Posting Komentar untuk "Cerita Pendek Tentang Ikhlas Singkat: Tetap Memberi di Waktu Lapang Maupun Sempit"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)