Sajak dan Puisi Hujan di Bulan November, Berbasah Hati dengan Tanda Tangan Kelam
Sajak dan Puisi Hujan di Bulan November, Berbasah Hati dengan Tanda Tangan Kelam. Dok. Gurupenyemangat.com |
Hai, Sahabat Guru Penyemangat, kira-kira bagaimana kisahmu di bulan November ini? Apakah sudah ada tajuk ceria, atau malah masih berteman dalam rinai hujan kelabu?
Aduhhh, kita sama-sama menyadari bahwa hidup ini sering kali menyayat rasa dan hati, ya. Dalam hingar-bingar jalanan, kekadang kita masih saja bersampulkan buku-buku kesepian.
Tapi begitulah kenyataannya. Di sisi yang sama kita masih tidak bisa memungkiri kedukaan yang ada melainkan hanya bisa menuangkan opini dan argumentasi penyemangat di bulan November.
Yang terpenting, di bulan kesebelas ini diri kita tidak terlampau jatuh dalam jurang elegi, apalagi sampah runtuh hati gara-gara mendengar kidung-kidung yang menyindir. Biarlah, tak usah didengar.
Dan pada kesempatan kali ini, Gurupenyemangat.com masih akan berkisah tentang diksi November, tepatnya tentang sajak dan puisi.
Diriku telah menulis sajak dan puisi di bulan November yang beraroma kesedihan, karena ada dari kita yang memang masih belum terlepas dari kesedihan.
Detailnya, langsung disimak saja ya:
Sajak Bulan November
Sajak Bulan November. Dok. Gurupenyemangat.com |
November berduri
Ternyata aku tertusuk lagi
Padahal belum genap tiga puluh hari
Menyusun mimpi
Menggelitik hati
Mengusir duka dan elegi
Dari serpihan mozaik-mozaik sepi
Bagaimana tidak sepi; sunyi badan kukandung sendiri
Terus-menerus dicerca oleh kidung-kidung arloji
Memekik kepadaku; katanya waktuku sudah tiada lagi
Ternyata benar
Rinai hujan November masih penuh dengan basa-basi
Senyumku memar
Enggan tertawa melihat bertumpuk bab memoar
Kiranya aku berkonspirasi
Padahal merekalah yang berkhianat atas janji
Katamu ingin menjenguk gigilku di saat sepi, kan?
Apalah artinya engkau bersesumbar
Belum tentu matahari November akan berbinar
Biarlah saja para semut merah menggerumuti
Nyatanya sedikit pun rasaku enggan kau perjuangkan
Mungkin kisahku esok hari masih berduri
Menusuk lebih tajam daripada rasa iri
Bukan hanya luka tapi juga menggerogoti
Menukik sekuat tetes hujan yang turun tiada henti
Biarkanlah saja
Sudah sepantasnya kisahku penuh dengan misteri
Karya: Ozy V. Alandika
Puisi: Hujan di Bulan November
Puisi Hujan di Bulan November. Dok. Gurupenyemangat.com |
Sudah kuduga
Undangan gerimis kembali terselip di depan pintu hati
Dengan polesan pita berwarna jingga
Bertanda tangan kelam
Bertintakan gemuruh duka
Ternyata hujan di bulan November datang lagi
Kembali aku harus berselimut sepi
Memeluk diri karena kedinginan atas sunyi
Bosan; sungguh bosan
Ingin rasanya aku mencaci kubah langit
Mengeluh kepada awan; mengapa kau tak segera pergi saja dari penantian biru cakrawala
Darah ini sudah menderu-deru
Hangat telah terbelenggu oleh hasrat di bab akhir yang memilu
Mataku basah menatap kalender bulan kesebelas
Ragaku malas
Rinduku di bulan Oktober belum terbalas
Wajah ini jadi kusam dan cemas
Bisa jadi; renja bulan November terburas
Hujan
Lagi-lagi hujan
Hancur rasanya rasa ini oleh rintik-rintik senju
Yang menghujam; memepah
Menjejali semua orang bahwa aku sudah kalah
Sakit sekujur tubuh ini
Gemetaran melihat hari esok
Hujan di bulan November
Kisahku akan bersambung kembali
Karena pada hari kemudian; siapa yang tahu?
Karya: Ozy V. Alandika
**
Nah, demikianlah tadi sajian Guru Penyemangat tentang sajak dan puisi hujan di bulan November. Semoga menginspirasi ya.
Silakan simak pula bait-bait diksi indah lainnya di: Kumpulan Puisi Bulan November
Posting Komentar untuk "Sajak dan Puisi Hujan di Bulan November, Berbasah Hati dengan Tanda Tangan Kelam"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)