Cerpen: Kejujuran Membawa Keberkahan
Hai, Sobat Guru Penyemangat. Apakah kamu tahu apa itu arti "Kejujuran"?
Agaknya nyaris semua orang paham betul dengan arti kata jujur, ya. Jujur ialah sifat lurus hati, enggan berlaku curang, berkata, serta bertindak yang sebenarnya.
Tapi dalam praktiknya? Ternyata makin amsyong. Ehem. Melihat tayangan televisi dan berbagai media digital lainnya, kita kadang dibikin sedih dengan pejabat yang korupsi, hanya omong doang, serta sering menebarkan janji-janji kedustaan.
Padahal, kejujuran itu adalah materi anak TK dan SD, kan? Kenyataannya, tinggi atau rendahnya nilai akademik, gelar, hingga jabatan tidak menjadi patokan bahwa seseorang itu jujur.
Walau begitu, bukankah kita sering mendengar untaian kata-kata mutiara bahwa jujur itu membawa berkah?
Sudah banyak cerita tentang perilaku kejujuran yang membawa keberkahan dan kebaikan bagi para pelakunya. Toh, jika kita tilik dari Kalam Nabi memang begitu, kan?
Jujur itu mengantarkan seseorang kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan seseorang menuju surga.
Nah, dalam postingan kali ini, Gurupenyemangat.com kembali mendapatkan kiriman cerpen bertema kejujuran yang inspiratif karya Fahmi Nurdian Syah.
Langsung disimak saja ya:
Cerpen: Kejujuran Membawa Keberkahan
Karya: Fahmi Nurdian Syah
Cerpen Kejujuran Membawa Keberkahan. Dok. Gurupenyemangat.com |
Di pagi yang cerah, Desi sudah berpakaian rapi hendak berangkat ke sekolah. Seperti biasa, ia selalu berpamitan kepada ibunya sebelum berangkat. Ayahnya yang sudah berangkat kerja sejak pagi buta, membuat Desi tak sempat untuk berpamitan dengannya.
"Bu, Desi berangkat dulu ya.... Assalamualaikum" pamit Desi sambil mencium tangan ibunya.
"Wa'alaikumussalam, mengendarai sepedanya pelan-pelan saja gak usah buru-buru" jawab ibu Desi.
"Iya Bu" Jawab Desi sambil menunggangi sepedanya.
Desi melambaikan tangan kepada ibunya yang berdiri di depan pintu sembari berteriak "Dadah Ibu."
Ibunya membalas lambaian tangan anaknya dan tersenyum manis.
Setiap pagi, Desi selalu berangkat ke sekolah mengendarai sepeda kesayangannya. Sepeda berwarna merah muda yang sudah sedikit memudar itu menjadi temannya selama perjalanan menuju ke sekolah.
Ia memang berasal dari keluarga yang sederhana.
Ketika semua teman-temannya sudah pada naik kendaraan umum untuk berangkat, ia harus mengayunkan kakinya sejauh 1,5 kilometer untuk menghemat pengeluaran. Tapi Desi tidak pernah sekalipun mengeluh. Desi paham betul kondisi orang tuanya.
Di sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, jalanan tak begitu ramai, Desi yang merasakan keheningan kemudian bernyanyi ria menyanyikan lagu Hujan Rintik-rintik.
Hujan rintik-rintik turun tak berhenti
Di tengah rintik hujan payung warna-warni
Seperti jamur yang tumbuh subur
Disirami hujan rintik-rin...
Tiba-tiba suara merdu tersebut terhenti.
Seketika angin berhembus kencang, langit yang cerah berubah menjadi gelap, seperti mendengar nyanyian Desi dan seakan hujan akan turun. Desi yang sadar akan hal itu, kemudian ia mengayunkan sepedanya semakin cepat.
Saat sepedanya melaju dengan kecepatan yang tinggi, Ia sedikit terkejut ketika melihat gulungan berwarna merah yang berada tak jauh di depannya.
Srekkkk...
Desi mengerem secara mendadak.
Kemudian ia mendekati, dan ternyata gulungan kertas tersebut adalah uang senilai seratus ribu rupiah.
"Uang ini harus ku apakan ya? Nggak ada orang lagi. Apa aku bawa dulu aja?" gumam Desi yang sedikit kebingungan.
Setelah bergulat dengan pikirannya, akhirnya Desi memutuskan untuk mengambil uang tersebut.
"Yaudah, aku bawa dulu deh. Nanti di sekolah aku beritahu ke Bu Guru." Lanjutnya.
Sesampainya di sekolah, Desi langsung menuju ke kantor, Ia melihat Bu Guru yang sedang duduk di kursi.
"Assalamualaikum, Bu Guru" sapa Desi dengan napas yang sedikit terengah-engah.
"Wa'alaikumussalam, Desi. Ada apa? Kamu kecapekan?" tanya Bu Guru.
"Ja-jadi begini, Bu, tadi waktu saya berangkat sekolah, saya nemu uang ini di jalan. Tapi gak ada orang di sekitarnya. Jadi saya bawa aja dan beritahu ke Bu Guru sekarang, soalnya saya gak tau ini uang siapa" jawab Desi sambil menyodorkan satu lembar uang seratus ribu.
Boleh Baca: Cerita Pendek Tentang Sedekah, Amalan Penghapus Dosa dan Pensuci Jiwa
"Kamu nemu uang ini di mana?" Tanya Bu guru.
"Saya nemu uang itu di dekat warung Bu Reni" jawab Desi dengan lugas.
"Berarti ini uang Ibu, soalnya uang ibu hilang seratus ribu, dan waktu berangkat ibu juga lewat jalan situ, makasih Desi sudah nemuin uang ibu."
"Sama-sama Bu" jawab Desi sambil tersenyum.
"Oh iya ibu mau tanya, kenapa tadi pas kamu nemu uang ini gak kamu ambil buat jajan aja? Kan lumayan" Tanya Bu guru penasaran.
"Sebelumnya maaf bu, orang tua Desi mengajarkan untuk berperilaku jujur. Kita tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan hak kita." Ucap Desi
"MasyaAllah, mulia sekali. Ibu bangga punya murid seperti kamu. Nanti waktu istirahat ibu beliin jajan di kantin ya." Ucap Bu guru sambil mengelus kepala Desi.
"Makasih banyak, Bu Guru."
"Iya, sama-sama."
Sepulang sekolah, Desi menceritakan kejadian hari ini kepada ibunya di rumah. Mulai dari menemukan uang di jalan hingga dibelikan jajan oleh gurunya. Ibu Desi pun tersenyum bahagia mendengar cerita anaknya.
Ibu Desi memang berharap anaknya bisa berperilaku dengan jujur, maka dari itu ia menekankan bahwa tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan hak kita.
***
Nah, demikianlah tadi sajian cerpen tentang kejujuran yang membawa berkah. Semoga cerita pendek di atas bisa menjadi biang motivasi kita untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, ya.
Lanjut Baca: Contoh Cerita Pendek Tentang Kejujuran, Bahwa yang Baik Selamanya akan Tetap Baik
Posting Komentar untuk "Cerpen: Kejujuran Membawa Keberkahan"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)