Cerpen Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriah, Singkat dan Menyentuh Hati
Cerpen Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriah, Singkat dan Menyentuh Hati. Photo by Abdul Muizz on Unsplash |
Allahumma sholli wa sallim ala, sayyidina wa maulana Muhammad!
Alhamdulillah. Tiba kita kita di bulan mulia Rabiul Awal sekaligus bersama-sama singgah di Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal.
Pada tahun 2023 ini, tiada disangka kita masih diberikan umur untuk mampir di momentum Maulid Rasul 1445 Hijriah.
Walau pandemi masih menyapa dan menghadirkan segerombol duka, tapi Gurupenyemangat.com yakin bahwa semangat kita dalam beribadah tidak berkurang sama sekali.
Pun demikian dengan kecintaan diri, keluarga, serta umat kepada Nabi Muhammad SAW. Banyak cara untuk menyampaikan salam dan shalawat kepada Nabiyullah.
Yang terutama adalah berusaha menggapai takwa, diikuti dengan bershalawat kepada Rasul-Nya, serta ikut bersyiar dakwah entah itu melalui kartu ucapan Maulid Nabi, kata-kata mutiara Maulid Nabi, hingga puisi bertema Maulid Nabi.
Dan pada kesempatan yang berbahagia ini, Guru Penyemangat telah menyiapkan cerita pendek bertema Maulid Rasul.
Cerpen tentang Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriah ini disusun singkat, mudah dipahami, serta menyentuh hati. Semoga mampu menjadi inspirasi ya.
Silakan disimak:
Cerpen Maulid Nabi Singkat: Shalawat yang Tak Seramai Dulu
Cerpen Maulid Nabi Singkat Shalawat yang Tak Seramai Dulu. Dok. Canva |
Rabiul awal telah menyapa di bulan Oktober. Tahun 2021 sungguh penuh kisah. Aku tak bisa menebak kapan panas kapan hujan. Cuaca begitu pancaroba, dan terkadang penuh basa-basi.
Namanya juga keadaan. Kadang kita sengaja mengalah di hari ini, untuk kemudian bisa bangkit pada esok hari.
Tapi sekarang?
Kebangkitan itu masih sekadar janji. Lihat saja di tepi jalan. Tumpukan aspal masih mulus, bahkan bersih tanpa jiplakan jejak kaki.
Jalanan semakin sepi, padahal ramai orang berjualan masker, hand sanitizer, face shied, hingga ember. Oktober memang musim hujan. Jadinya, jas hujan, payung, baskom dan ember laris manis.
Syahdan, bagaimana dengan shalawat?
Dua belas Rabiul Awal Nabiku lahir dan diutus ke dunia sebagai penutup para Nabi. Dan pada 19 Oktober 2021 ini Maulid Rasul tiba, menyapa, dan memerahkan kalender kerja.
Sontak semua bergembira. Subhanallah, walhamdulillah!
Siapa yang tak gembira jika hadir di dekatnya purnama terindah. Jangankan bumi dan segenap isinya, para penduduk langit pun terpesona akan indahnya. Segera yakin, bahwa Islam akan menemui cerah.
Kini sepertinya shalawat sudah tak seramai dulu. Suara-suara yang kemarin lantang sekarang jadi sembab dikedap pandemi.
“Aku pakai masker, Pak!”
Huhh! Masker jadi alasan agar diri enggan menyuarakan kecintaan terhadap Rasul sedikit lebih lama. Setelahnya? Jaga jarak, cuci tangan, hingga ukur-mengukur suhu badan.
Entah mengapa shalawat yang dulu ramai sekarang jadi sepi. Rebana jadi melempem gara-gara tak berani ditabuh. Sekali tabuh, mereka tuduh aku bidah.
Ya Rasul, apakah salam dan shalawatku ini akan tertolak? Padahal aku yakin Tuhan itu adalah satu dan satu-satunya.
Lagi-lagi shalawat dan salam kepada Rasulku sudah tak seramai dulu. Kini masyhur goyang TikTok, bumerang Instagram, hingga kedap-kedip mata apalah itu.
Ketika kutanyakan kepada mereka; Iman kepada Nabi dan Rasul itu nomor berapa? Eh, ternyata mereka terdiam dalam senyum. Muka memerah, tapi bukan tersiram gincu melainkan malu.
Umur sudah bertambah. Pelan-pelan menuju senja. Sebentar lagi renta. Nyaris bau tanah. Apakah pantas menyepikan shalawat atas Nabi-Nya demi dunia?
Shalawat tak lagi seramai dulu, tapi siapa yang bisa mengulang lagi kisah waktu itu.
Yang bisa kulakukan hari ini adalah bermohon kepada-Nya seraya menata bibir agar berucap shalawat untuk Nabiku tak lagi kelu.***
Cerpen Maulid Nabi Muhammad SAW Menyentuh Hati: Cinta Rasul Bukan Sekadar Ucapan
Cerpen Maulid Nabi Muhammad SAW Menyentuh Hati: Cinta Rasul Bukan Sekadar Ucapan. Dok. Gurupenyemangat.com |
“Assalamu’alaykum, Dek. Sibuk apa sekarang, kok Abang lihat kamu enggak posting ucapan Maulid Nabi Muhammad SAW?”
Pemuda itu datang tiba-tiba setelah matahari melewati sepenggalan naik. Almanak memang sedang merah, karena tepat pada 12 Rabiul Awal umat muslim sedunia mulai bersemangat menggaungkan salam dan shalawat.
Sungguh momentum yang spesial karena banyak peristiwa dan kisah yang mengiringi kelahiran Muhammad.
Tentang padamnya api Majusi, tentang musnahnya pasukan Abrahah, hingga tentang cahaya yang merantau hingga ke istana Syam.
Semua makhluk bergembira atas kedatangan Nabi Muhammad SAW ke dunia, yang tiada lain diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
“Walaikumussalam, Bang. Iya nih, Bang. Badanku sekarang kurang sehat kayaknya. Masuk angin. Mungkin aku kebanyakan beraktivitas di luar.”
Adik itu menjawab dengan suara rendah. Dapat diketahui dengan jelas bahwa dirinya benar-benar sedang kurang sehat. Matanya begitu sayup, pucat, dan keningnya menahan pening.
Sesaat setelahnya, adik itu pun bertanya kepada sang Abang.
“Bang, kok hari ini story WhatsApp dan postingan Facebook Abang begitu ramai dan penuh dengan ucapan Maulid Rasul?”
“Iya, Dek. Hari ini kan dua belas Rabiul Awal yang menjadi peringatan Hari Kelahiran Rasulullah Shalallahu alahi wasallam.”
“Terus, setahun terakhir aku ingat Abang tidak pernah lho memublikasikan ucapan tentang ajakan bershalawat, serta meningkatkan kecintaan terhadap Rasulullah.”
“Iya sih Dek. Itu kan dulu. Sekarang kan keadaannya sedang pandemi. Orang-orang Abang saksikan banyak yang lebih dekat dengan gawai daripada berkeliling di dunia nyata. Jadi, Abang pikir, sekali-kali bisalah ber-personal branding.”
“Waduh! Kok malah ingin dianggap saleh gitu sih Bang?”
“Ya, enggak apa-apa sih Dek. Setidaknya kan Abang udah ikut menebar kebaikan dengan mengunggah postingan keagamaan. Lagian ini namanya memanfaatkan momentum. Benar tidak?”
Adik itu kelihatannya semakin pening. Bukan lagi karena sinar matahari yang mulai menyengat melainkan ihwal perilaku Abang yang mulai menyimpang.
“Abang, maaf ya Bang. Adik kira perbuatan Abang itu sudah benar, tapi sayang niatnya yang salah. Benar bahwa Abang sedang menebarkan kebaikan melalui ajakan bershalawat tepat pada momentum Maulid Rasul. Tapi, apakah bersamaan dengan hal tersebut hati Abang sudah tulus dan ikhlas bershalawat untuk Nabi kita?”
Sang Abang pun terdiam. Ia punya seribu dalih untuk menyanggah. Tapi dirinya malah sedih ketika melihat raut wajah adik yang semakin pucat. Ia takut membuat sang adik tambah sakit.
“Bang. Sadarilah bahwa entah itu Isra Miraj, Maulid Nabi, Nuzulul Quran, atau bahkan Muharram, semuanya hanyalah momentum Bang. Dalam artian, ibadah kita tetap harus jalan tiap hari. Shalawat kita kepada Nabi pula sudah semestinya dilantunkan selagi sempat dan sempit. Hal-hal semacam itu tidak perlu menunggu momentum, apalagi sampai dijadikan landasan agar dipandang sebagai orang yang salih.”
Sang Abang pun semakin tak bisa berkata-kata. Beribu alasan yang tadinya ingin dilontarkan lenyap seketika. Entah perginya ke mana. Rasanya diri begitu tertampar dan hati yang tak berbentuk itu begitu sakit tertusuk-tusuk.
“Aduh, kok nasihat Adik begitu menyakitkan hati Abang, ya?”
“Alhamdulillah, Bang. Itulah sebaik-baiknya nasihat. Jikalau pesan yang kita dapatkan dari orang lain tidak berbekas apa-apa di hati, maka dapat dipastikan bahwa pesan tersebut tidak sampai dan menancap di sanubari.”
Keduanya pun tersenyum dan saling menabur senyum hangat. Beruntung Allah bukakan hati Abang sehingga dirinya bisa menerima nasihat dengan lapang dada seraya tersenyum bahagia.
Dirinya pun semakin sadar bahwa bershalawat itu tidak harus menunggu Maulid Nabi tiba. Pun demikian dengan ibadah lainnya.
Karena kita mati bisa kapan saja, dan diri ini tidak pernah tahu tentang amalan mana yang bakal mengantarkan diri ke surga.***
*
Nah, demikianlah tadi sajian Guru Penyemangat tentang contoh cerita pendek alias cerpen bertema Maulid Nabi Muhammad SAW singkat nan menginspirasi.
Semoga bisa bermanfaat bagi diri dan umat.
2 komentar untuk "Cerpen Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriah, Singkat dan Menyentuh Hati"
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)