Khutbah Jumat: Hukum, Syarat, Rukun, Sunnah, Adab Beserta Contohnya
Bismillah, bagaimana rasanya jika dirimu singgah di Sayyadul Ayyam alias Hari Jumat? Tentu ada kebahagiaan yang menjulang, ya, terutama bagi para laki-laki muslim yang melaksanakan Shalat Jumat.
Dalam pelaksanaan Shalat Jumat, salah satu rangkaian ibadah yang tiada boleh tinggal adalah Khutbah Jumat.
Pada dasarnya, setiap laki-laki muslim perlu mengetahui seluk belum Khutbah agar nanti tidak kaget bila diminta untuk menjadi khotib.
Di sini Gurupenyemangat.com bakal menghadirkan ulasannya, kok.
Pembahasan Khutbah Jumat lengkap mulai dari pengertian, hukum, syarat, sunnah, adab berserta contohnya bisa disimak pada tulisan berikut.
Khutbah Jumat
Ilustrasi Khutbah Jumat. Dok. Keposyariah.com |
Khutbah, secara bahasa, adalah perkataan yang disampaikan di atas mimbar. Khutbah berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata bentukan dari kata mukhathabah yang berarti pembicaraan.
Ada pula yang mengatakannya berasal dari kata al-khatbu yang berarti perkara besar yang diperbincangkan, karena orang-orang Arab tidak berKhutbah kecuali pada perkara besar.
Dr. Ahmad Al-Hufi mendefinisikan bahwa Khutbah adalah cabang ilmu atau seni berbicara di hadapan banyak orang dengan tujuan meyakinkan dan memengaruhi mereka.
Sedangkan menurut Gurupenyemangat.com, dapat dikatakan bahwa Khutbah itu adalah suatu penyampaian secara lisan yang mengikuti syarat dan rukun-rukun tertentu yang disampaikan di atas mimbar.
Khutbah merupakan aktivitas berdakwah yang biasa dilakukan didalam ruangan atau masjid, berbeda dengan ceramah.
Jadi, Khutbah Jumat adalah aktivitas berdakwah yang dilakukan di atas mimbar sebelum dilaksanakannya sholat Jumat.
Hukum Khutbah Jumat
Para ahli fikih berbeda pendapat mengenai hukum Khutbah pada shalat Jumat, apakah termasuk syarat shalat sehingga shalat Jumat tidak sah tanpanya, atau sekadar sunnah sehingga shalat Jumat tetap sah tanpanya.
Berkenaan dengan hal ini, para ahli fikih terbagi ke dalam dua pendapat.
Pendapat pertama, menyatakan bahwa Khutbah merupakan syarat shalat Jumat.
Pendapat ini adalah pendapat Hanafiah dan mayoritas Malikiah. Pendapat ini adalah pendapat yang sahih bagi mereka, demikian juga Syafi’iah dan Hanabilah.
Pendapat kedua menyebutkan bahwa Khutbah merupakan sunah Jumat.
Ini merupakan pendapat Hasan Al-Bashri. Pendapat ini juga diriwayatkan dari Imam Malik, demikian pula pendapat sebagian pengikutnya (Malikiah). Ibnu Hazm juga berpendapat demikian.
Pendapat yang kuat dalam permasalahan ini ialah pendapat pertama, bahwa Khutbah merupakan syarat sah shalat Jumat. Bahkan, sebagian ulama menganggap hal ini menyerupai ijma’. Adapun dalil yang menguatkan pendapat ini adalah dalil yang diambil dari Alquran, hadis, dan atsar dari sahabat serta tabi’in. Berikut adalah salah satu contoh dalilnya.
Firman Allah SWT QS Al-Jumu’ah ayat 9:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ
“Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.”
Adapun yang berpendapat maksud dari “mengingat Allah” dalam ayat di atas adalah ‘Khutbah’ menyatakan kewajibannya dari dua sisi:
- Ayat tersebut merupakan perintah untuk bersegera menuju Khutbah, sedangkan hukum asal perintah adalah wajib. Oleh karena itu, tidak ada perintah untuk bersegera menuju sesuatu yang wajib kecuali maknanya adalah “untuk memenuhi kewajiban”.
- b. Allah melarang jual beli ketika dikumandangkannya adzan untuk Khutbah Jumat. Dengan demikian, jual beli haram dilakukan pada waktu itu. Pengharaman jual beli menunjukkan wajibnya Khutbah, karena sesuatu yang sunah tidak bisa mengharamkan yang mubah.
Syarat dua Khutbah Jumat
Untuk mempertegas bahwa Khutbah Jumat itu dipersyaratkan dua, berikut hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْطُبُ خُطْبَتَيْنِ وَهُوَ قَائِمٌ، يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِجُلُوسٍ
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berKhutbah dengan dua Khutbah dengan berdiri. Beliau memisahkan keduanya dengan duduk.” (HR. Bukhari, 1:221; Muslim, 2:589).
Hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah ra, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ قَائِمًا، ثُمَّ يَجْلِسُ، ثُمَّ يَققُومُ فَيَخْطُبُ قَائِمًا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berKhutbah dengan berdiri kemudian duduk kemudian berdiri dan berKhutbah dengan berdiri.” (HR. Muslim, 2:589).
Jadi, jelas bahwa Khutbah yang seharusnya dilaksanakan adalah berKhutbah dengan dua Khutbah sesuai dengan hadis shahih di atas.
Terlepas ada perselisihan pendapat tentang satu Khutbah atau dua Khutbah, kita dapat mengacu kepada dua hadis di atas.
Yang dimaksud dengan syarat adalah hal hal yang harus dipenuhi dalam hal mendukung pelaksanaan Khutbah agar Khutbah tersebut sempurna.
Di antara syarat yang setidaknya harus dipenuhi dalam Khutbah Jumat adalah sebagai berikut:
- Khutbah dilaksanakan setelah tergelincir matahari (telah masuk waktu Zhuhur).
- Khutbah dilakukan sebelum shalat fardu Jumat.
- Khotib mengeraskan suara sehingga rukun-rukun Khutbah dapat didengar oleh jama’ah yang hadir. Sekurang-kurangnya dapat didengar oleh 40 orang yang telah memenuhi syarat wajib Jumat.
- Dalam membaca kalimat-kalimat (rukun-rukun) Khutbah harus muwalat (sambung-meyambung antara yang satu dengan yang lainnya). Jika di antara kalimat-kalimat Khutbah itu terputus, walaupun sebab uzur, maka batallah Khutbah itu.
- Khotib harus menutup aurat.
- Khotib harus suci badan, pakaian, dan tempatnya dari hadas dan najis.
- Ketika Khutbah, khotib hendaknya berdiri (jika mampu).
- Setelah Khutbah pertama khotib hendaknya duduk sebentar, sebelum memulai Khutbah kedua.
- Rukun-rukun Khutbah harus dengan bahasa Arab.
Sebagian ulama berpendapat bahwa Khutbah itu hendaklah menggunakan bahasa Arab, karena dimasa Rasulullah dan sahabat beliau Khutbah itu selalu dengan bahasa Arab.
Tetapi mereka lupa bahwa waktu itu hanya memerlukan bahasa Arab karena bahasa itulah yang umum dipergunakan oleh para pendengar.
Mereka lupa bahwa maksud mengadakan Khutbah adalah memberikan pelajaran dan nasihat kepada kaum muslimin, dan yang mendengar diperintahkan supaya tenang (mendengarkan dan memperhatikan isi Khutbah itu).
Allah berfirman dalam QS Al-A’raf ayat 204:
“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.
Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.
Beberapa orang ahli tafsir mengatakan bahwa ayat ini diturukan karena berkaitan dengan urusan Khutbah.
Kalau khotib berKhutbah dengan bahasa yang tidak dipahami oleh pendengar, sudah tentu maksud Khutbah itu akan sia-sia belaka.
Pendengar akan dipersalahkan pula karena tidak menjalani perintah (memperhatikan Khutbah), sedangkan perintah itu tidak dapat mereka jalankan karena mereka tidak mengerti.
Jadi, memberi pekerjaan kepada orang yang sudah tidak jelas tidak dapat mengerjakannya merupakan perbuatan yang tidak berfaedah, hal in tentu tidak layak timbul dari agama yang maha adil.
Firman Allah SWT QS Ibrahim ayat 4:
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka”.
Allah SWT mengirimkan utusan-Nya dengan bahsa yang dapat dipahami oleh kaum yang diperintah, supaya utusan itu berfaedah bagi mereka.
Dengan keterangan yang singkat itu nyatalah kesalahan pendapat sebagian ulama tadi, dan jelaslah bagi kita bahwa Khutbah-Khutbah di Indonesia hendaklah mempergunakan bahasa Indonesia, supaya Khutbah itu berguna bagi pendengar tidak melanggar perintah.
Khutbah itupun hendaklah berisikan perkara-perkara yang berguna bagi pendengar di masa itu, yaitu tentang rusan yang bersangkutan dengan soal umum.
Khutbah Jumat hendaknya jangan terlalu panjang dan terlalu pendek dijelaskan bahwa shalat Jumat pertama kali dilakukkan oleh Rasulullah SAW, ketika beliau dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah di Bani Salim, satu tempat setelah Quba, dipinggir kota Madinah.
Dijelaskan pula bahwasanya ketika itu Rasulullah berKhutbah dengan Khutbah yang cukup sederhana, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
Rukun Dua Khutbah
Berikut adalah rukun dua khutbah dalam rangkaian pelaksanaan Shalat Jumat:
- Membaca “Alhamdulillah”.
- Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
- Berwasiat (berpesan) kepada jama’ah agar senantiasa “bertakwa” kepada Allah SWT.
- Membaca ayat Al-Qur’an dalam salah satu dari dua Khutbah, walaupun hanya satu ayat.
- Membaca doa yang ditujukan kepada segenap kaum mu’minin dan mu’minat pada Khutbah yang kedua.
Sunnah Khutbah Jumat
Ada beberapa sunnah didalam khutbah Jumat di antaranya adalah sebagai berikut:
- Khotib berdiri di atas mimpar atau tempat yang agak tinggi.
- Khotib memberi salam kepada jama’ah dengan posisi menghadap mereka, lalu duduk (dan azan kedua dikumandangkan) sampai setelah azan.
- Khutbah diucapkan dengan kalimat yang fasih, jelas, muah dipahami, tidak terlalu panjang. Sebaiknya Khutbah itu lebih pendek daripada shalat fardu Jumat yang akan dilakukan.
- Khotib hendaklah tetap menghadap orang banyak, jangan berputar-putar atau melakukan gerakan-gerakan layaknya seorang yang berpidato dalam acara lain.
- Ketika duduk di antara dua Khutbah, khotib hendaknya membaca surat Al-Ikhlas.
- Menertibkan tiga rukun yang pertama, yaitu: “Alhamdulillah”, “Shalawat kepada Nabi SAW”, dan “Berwasiat untuk bertakwa kepada Allah SWT”.
Menurut Al-Ghazali, mendengar Khutbah itu wajib dari 40 orang. Adapun sunnah-sunnah, apabila matahari tergelincir, muadzin itu adzan dan imam duduk di atas mimbar maka terputuslah sholat selain tahiyatul masjid.
Sedangkan bercakap-cakap tidak terputus kecuali dengan dimulainya Khutbah. Khotib memberi salam kepada manusia apabila ia menghadap manusia dengan wajahnya, dan mereka menjawab salamnya.
Apabila muadzin itu selesai mengumandakangkan adzan maka khatib baerdiri dengan menghadap kearah jemaah dengan wajahnya, tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri.
Tangannya memegang tangkai pedang atau tombak ataupun tongkat dan mimbar agar ia tidak main-main dengan kedua tangannya, atau meletakkan salah salah satu atas yang lain.
Adab Khutbah
Sebenarnya adab Khutbah hampir sama dengan sunnah Khutbah seperti yang di atas tetapi perlu diperhatikan pula oleh para khotib dalam menyampaikan Khutbahnya dan berusaha menghindari hal hal yang dapat menimbulkan kekecewaan para jama’ah shalat Jumat.
Di antaranya ialah pertama, Khutbah yang sangat panjang karena membuat jama’ah mengeluh ngantuk dan sebagainya dan cendrung tidak fokus mendengarkan ceramah atau Khutbah tersebut.
Kedua, penyataan yang menimbulkan perpercahan dan permusuhan dikalangan jemaah karena terprovokasi oleh materi yang disampaikan oleh khotib tersebut.
Ketiga, pengunaan kata-kata dari serapan bahasa asing yang sulit dipahami oleh jama’ah shalat Jumat.
Yang kelima permasalahan permasalahan yang khilafiah yang dapat menimbulkan keresahan di antara jama’ah agar tidak terjadi ketegangan diatara mereka tatkala sudah selesai melaksanakan shalat Jumat.
Contoh Khutbah Jumat
MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP
Ilustrasi Jamaah Khutbah Jumat. Dok. islam.nu.or.id |
Contoh bacaan hamdalah:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Contoh bacaan Shalawat Nabi:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
Contoh bacaan wasiat untuk bertakwa kepada Allah SWT:
قال الله تعالى: اعوذبالله من الشيطان الر جيم
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِددَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إإِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَننُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Dari mimbar Khutbah Jumat ini khatib mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Peningkatan iman yang terus dilakukan dengan peningkatan amal sholeh. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya.
Isi Khutbah:
Hadirin Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah
Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan.
Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan.
Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh Al-Quran sehingga dengan mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang mendapatkan keberkahan, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al-A’raf: 96)
Kaum muslimin jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah...
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari Khutbah yang singkat ini adalah: bahwa tidak mungkin individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik.
Oleh karena itu, jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya.
Semoga Allah menjadikan masyarakat dan bangsa kita bangsa yang mendapatkan keberkahan, mengumpulkan kita dalam umat Rasulullah yang terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amiin ya Rabbal ‘alamin.
Contoh bacaan penutup Khutbah pertama:
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ..
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Contoh bacaan Khutbah kedua:
اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَاالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَللِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِننَا اِبْرَاهِيْمَ. في ِالْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ
اَللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِالرَّاشِدِيْنَ سَيّدِنَا اَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِاَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ
Contoh doa untuk kaum muslimin dan muslimat
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ااْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَططِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَننْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَالله اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَييَنْهَى عَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ
***
Contoh Teks Khutbah Jumat Lengkap berformat PDF silakan download gratis di sini
Demikianlah sajian Guru Penyemangat mengenai pembahasan Khutbah Jumat. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Khutbah Jumat: Hukum, Syarat, Rukun, Sunnah, Adab Beserta Contohnya"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)