Contoh Cerita Pendek Tentang Sedekah, Amalan Penghapus Dosa yang Mensucikan Jiwa
Cerita Pendek Tentang Sedekah, Amalan Penghapus Dosa yang Mensucikan Jiwa. Dok. Gurupenyemangat.com |
Hai, Sobat Guru Penyemangat. Sudahkah dirimu bersedekah hari ini? Wah, kalau iya, syukur wal hamdulillah, ya.
Sedekah adalah pemberian sesuatu kepada orang yang membutuhkan dengan hanya mengharap ridha Allah SWT.
Sesuatu yang diberikan itu tidak hanya terbatas pada materi seperti uang dan barang melainkan juga bisa dengan tenaga, pikiran, dan senyuman.
Bahkan, menurut hadis Nabi, menyingkirkan duri di jalan adalah bagian dari sedekah yang berpahala. MasyaAllah, sungguh amalan yang dapat mensucikan jiwa.
Walau begitu, sebenarnya sedekah yang paling utama diberikan kepada keluarga. Dengan bersedekah, seseorang akan terhindar dari siksa api neraka. Tapi jika tulus dan rela, ya.
Orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dalam QS Al-Hadid ayat 18 disebutkan laksana memberikan pinjaman kepada Allah.
Nantinya, buah dari sedekah tersebut adalah dilipatgandakan pahala bahkan diberikan kemuliaan.
Ayat Tentang Sedekah dan Keutamaannya. Dok. Gurupenyemangat.com |
Selain itu, menurut Hadis Riwayat Thabrani dan Baihaqi, sedekahnya seorang muslim dapat memadamkan panasnya kubur sekaligus mendapat naungan di hari Kiamat.
Hadis Tentang Sedekah. Dok. Gurupenyemangat.com |
Jadi, di kala sempat maupun sempit, mari kita senantiasa menggaungkan semangat bersedekah, ya.
Dan pada kesempatan kali ini Gurupenyemangat.com akan berderma dengan cara menghadirkan tulisan tentang cerpen bertema sedekah.
Cerita pendek tentang sedekah ini bisa jadikan inspirasi Islam, bahan renungan, bahan kajian, atau bahkan bahan motivasi untuk belajar.
Langsung disimak saja, ya:
Cerpen: Sedekah Tidak Perlu Menunggu Kaya
Cerpen Sedekah Tidak Perlu Menunggu Kaya. Dok. Gurupenyemangat.com |
Hari itu cukup mendung, tapi semangat Mang Anto tiada kunjung surut. Sebagai seorang penjual batagor keliling ia harus tetap semangat bekerja.
Jika libur berjualan sehari saja, mungkin ia tidak bisa membeli beras karena memang penghasilannya pas-pasan.
Hari itu hari Senin jam 07.00 pagi, Mang Anto sudah tiba di depan gerbang sekolah. Karena suasananya sedang pandemi, ia sudah keduluan pesimis. “Jangan-jangan batagorku tidak laku hari ini!”
Anak-anak di sekolah memang sudah belajar tatap muka, tapi durasinya terbatas. Jam 10.00 siswa sudah pada pulang.
Sembari menanti pembeli, secara tidak sengaja Mang Anto disapa oleh teman dagangnya.
“Assalamu’alaykum, Mang Anto. Bagaimana kabarnya hari ini, sudah laku banyak ya?”
“Walaikumussalam. Eh, Mang Budi. Baik, Mang. Ya, beginilah kalau kondisinya sedang pandemi. Daganganku akhir-akhir ini tidak habis, Mang. Bahkan hanya gali lubang tutup lubang muterin modal.”
“Oalah, okelah Mang Anto. Tiada mengapa. Rezeki kita sudah diatur. Banyakin sedekah aja, Mang.”
Namanya Mang Budi. Beliau adalah rekan jualan Mang Anton. Mang Budi sehari-hari menjual bakso bakar dan sering nongkrong di lapak yang sama.
“Hemm. Sedekah mah untuk orang kaya Mang. Noh lihat orang-orang yang pake mobil, berjas dan berdasi. Mereka itu yang pantas bersedekah. Nanti deh Mang, kalo aku sudah kaya.”
Padahal hari ini masih pagi, tapi Mang Anton sudah kesal duluan dengan sikap Mang Budi. Bagaimana tidak kesal, pelanggan batagornya hari ini saja belum ada. Bagaimana bisa sedekah?
Beberapa jam telah berlalu. Dari sudut jalan tampak ada beberapa orang siswa membeli batagor dan bakso bakar. Kedua pedagang ini wajahnya mulai ceria. Rezeki akhirnya datang juga.
Namun, sesaat kemudian datanglah seorang pengemis tua. Badannya sudah renta, rimpuh, bahkan untuk berjalan pun harus ditokong oleh tongkat.
“Pak, minta sedekahnya, Pak. Saya sudah dua hari belum makan…” ucap pengemis itu kepada Mang Anto
“Hemm. Nanti ya Mbah. Tunggu Saya sudah kaya, baru Saya bersedekah. Sekarang saya masih miskin!”
Mang Anto tidak sedikit pun menaruh perhatian kepada pengemis tua itu. Bahkan untuk berucap saja ia enggan menoleh. Dirinya malah sibuk menghitung penghasilan hari ini yang tak kunjung balik modal.
“Nasib, nasib. Perasaanku hidup ini makin hari makin susah. Masa iya sudah sampai tengah hari seperti ini pembeli batagorku baru 10 orang saja. Kapan mau untung, balik modal aja mujur.”
Pengemis tua nan renta tadi segera meninggalkan Mang Anto untuk kemudian meminta sedekah kepada Mang Budi.
Pada saat itu juga, Mang Budi dengan tulus memberikan beberapa lembar uang kepada si pengemis. Bahkan, dirinya memberikan beberapa tusuk bakso bakar untuk bekal sarapan pengemis.
“Ini, Mbah. Mohon maaf, Saya cuma bisa memberi bantuan sedikit karena hanya segini yang Saya mampu,” terang Mang Budi
“Alhamdulillah! Tiada mengapa, Pak. Saya sangat bersyukur sekali masih dipertemukan dengan orang-orang baik. Semoga Allah tambahkan rezeki Bapak. Aamiin.”
Pengemis itu perlahan segera pergi. Walau penghasilan hari ini belum kunjung balik modal, Mang Budi tetap tersenyum. Dirinya bahkan lega karena dengan kondisi kekurangan seperti ini ia masih bisa bersedekah.
Empat hari berlalu, Mang Budi dan Mang Anto kembali bertemu di lapak jualan yang sama. Keduanya sangat semangat, terutama Mang Anto.
Belum sepuluh menit dia memarkirkan gerobak, sudah ada 5 pelanggan yang memesan batagor. Sedangkan Mang Budi, belum ada satu pun pembeli yang meriliknya.
“Nah, kan. Apa aku bilang, Mang. Sedekah itu urusan nanti. Sekarang kita harus semangat bekerja untuk mencari dan mengumpulkan banyak uang. Toh, sedekah juga tidak perlu banyak-banyak. Lihat tuh orang-orang kaya, mereka malah cuma naruh uang Rp2.000 saja,” ucap Mang Anto kepada Mang Budi.
Mang Budi hanya diam dan tersenyum tipis. Dirinya enggan mengingat sedekah karena sebaik-baiknya sedekah adalah sedekah yang tulus. Laksana perumpamaan, memberi dengan tangan kanan namun tangan kiri tidak mengetahuinya.
Dirinya selalu yakin bahwa rezeki tiap-tiap hamba sudah dijamin. Bahkan hewan yang tidak bekerja pun bisa hidup. Semua itu karena kuasa Allah Sang Maha Pemberi Rezeki.
Walau begitu, hari semakin siang tapi belum ada satu pun pelanggan yang membeli bakso bakar dagangannya Mang Budi. Dia pun mulai cemas dan tiada berhenti berdoa kepada Allah.
Di sebelah, Mang Anto wajahnya tampak semakin murung karena belum kunjung dapat untung.
“Mang, Saya pesan bakso bakarnya ya. Tolong bungkuskan 200 porsi. Buruan ya Mang, karena sebentar lagi acara rapat di sekolah segera dimulai!”
Tiba-tiba saja ada suara yang cukup keras dari dekat gerbang sekolah. Mang Budi kaget tapi juga senang. Penantiannya terjawab sudah. Akhirnya ada pelanggan yang membeli bakso bakar.
Kurang dari setengah jam, pesanan bakso bakar pun sudah siap dan di saat itu pula dagangan Mang Budi habis.
Sungguh hari yang bahagia. Dirinya bisa pulang cepat. Ia pun berpikir, mungkin ini adalah salah satu kebaikan dari sedekah.
Alhasil, dirinya semakin yakin bahwasannya sedekah itu tidak perlu menunggu kaya. Ia pun semakin bersyukur karena di saat itu pula Mang Anto tersadar dan mulai mengerti dengan alasan mengapa ia wajib bersedekah.
***
Cerita Pendek: Keajaiban Sedekah Jariyah
Cerita Pendek Keajaiban Sedekah Jariyah. Dok. Gurupenyemangat.com |
Hari itu adalah Sayyadul Ayyam atau dikenal juga dengan Hari Jumat. Di tepi lahan parkir terlihat ada seorang pria gagah yang baru saja keluar dari mobil.
Penampilannya sungguh sederhana, tapi di sebalik kesederhanaan itu sebenarnya dia adalah bos besar alias CEO di perusahaan Tapperware.
Namanya adalah Alan, dan para karyawan biasa memanggilnya dengan sebutan Bos Alan. Saat ini perusahaannya sedang berkembang pesat. Setidaknya ada 30 cabang usaha tapperware di seluruh Indonesia di bawah kepemimpinannya.
Beruntung, Bos Alan adalah orang baik yang disegani oleh para karyawannya.
Di hari itu sejatinya bakal ada rapat kerja, namun sesaat setelah berjalan dari mobil ia melihat seorang anak kecil yang meminta-minta di pinggir jalan.
Tanpa berpikir panjang, Alan pun mendatanginya.
“Eh, Dik. Kamu ngapain di sini. Mana orang tuamu?” ucap Alan seraya menyapa anak kecil umur 14 tahunan yang berpakaian lusuh
“Iya, Bang. Saya yatim piatu, Bang. Saya belum makan dan tidak ada uang. Terpaksa Saya mengemis. Abang yang baik, minta sedekahnya, Bang…”
Mendengar jawaban tersebut, Bos Alan pun langsung pergi tanpa memberi uang sepeser pun. Anak kecil tadi pun terdiam seraya memegang perutnya yang mulai keroncongan.
Berselang tujuh menitan, dirinya pun kembali didatangi oleh bos ganteng tadi. Oh, ternyata Bos Alan membawa sekardus air mineral botol lengkap dengan keterangan harganya.
“Adik kecil, kau masih muda. Janganlah terbiasa untuk meminta-minta. Bekerja keraslah!” ucap Bos Alan seraya tersenyum dan segera pergi ke kantor.
Adik kecil tersebut pun berpikir sejenak terkait apa maksud dari semua ini. Beberapa menit kemudian, ia pun tersadar bahwa mencari uang tidak perlu meminta-minta. Lebih baik dirinya berjualan saja.
*
Sepuluh tahun berlalu sejak hari itu. Tiada terasa, adik kecil yang dulunya hanya berjualan air mineral sekarang sudah jadi direktur di perusahaan pertambangan. Selain itu dia pula sudah sarjana.
Karena sudah sukses, dirinya pun berinisiatif untuk mendatangi Bos Alan yang dulu telah mengajarkannya ilmu yang bermanfaat.
Ia ingin minum kopi bareng dengan Bos Alan seraya mengucapkan terima kasih. Tidak butuh waktu lama, ia pun langsung mengunjungi Bos Alan.
Sesampainya di perusahaan tempat Bos Alan bekerja, adik kecil tersebut kaget karena perusahaan Bos Alan makin sukses dan makin maju.
Mungkin, bila dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu, perkembangan perusahaan Bos Alan sudah meningkat pesat hingga 20 kali lipat. Sungguh luar biasa.
Pada pertemuan yang bahagia itu, Bos Alan pun menyampaikan pesan yang sangat berharga kepada adik kecil.
“Hai, adik kecil. Meskipun kamu sekarang sudah sukses dan jaya, tetap jangan pernah lupa untuk bersedekah jariyah baik di kala sempat maupun sempit.”
“Oke, Bos. Tapi, apa yang dimaksud dengan sedekah jariyah itu Bos?”
“Sedekah jariyah adalah pemberianmu kepada orang lain yang pahalanya akan terus mengalir tanpa putus walaupun kelak engkau sudah meninggal dunia.”
“Contohnya, Bos?”
“Banyak sekali. Sedekah alias amal-amal jariyah misalnya mengajarkan ilmu yang bermanfaat, mendirikan sekolah, mendirikan panti asuhan, dan masih banyak lagi.”
Adik kecil itu pun tersadar. Ia pun berpikir sejenak, ternyata kejayaan yang Bos Alan dapatkan salah satunya adalah buah dari sedekah jariyah berupa ilmu bisnis yang beliau ajarkan.
Sungguh kisah sedekah yang mengharukan. Pada saat itu pula, adik kecil yang sekarang sudah sukses itu pun bertekada untuk menebarkan kebaikan kepada semua orang.
***
Alhamdulillah. Oke, demikian saja sajian dari Guru Penyemangat mengenai cerita pendek tentang sedekah.
Semoga bermanfaat. Salam.
Lanjut Baca: Cerita Pendek Tentang Kejujuran
Posting Komentar untuk "Contoh Cerita Pendek Tentang Sedekah, Amalan Penghapus Dosa yang Mensucikan Jiwa"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)