Kumpulan Contoh Puisi Petani, Sawah, Padi, dan Desa yang Menginspirasi
Contoh Puisi Petani, Sawah, Padi, dan Desa yang Menginspirasi. Dok. Gurupenyemangat.com |
Petani, ya? Rasanya, diriku, dirimu dan kita semua sangat akrab dengan salah satu profesi paling membahagiakan yang satu ini.
Mengapa kukatakan bahagia? Karena pekerjaan bertani itu bebas, tidak terikat waktu, dan menyehatkan.
Terang saja, kita bisa datang pagi-pagi ke sawah sembari berjemur di bawah terik hangat sang surya. Menyehatkan sekaligus menyejukkan.
Belum lagi kalau sudah melihat tanaman sendiri yang segera panen dengan harga yang tinggi. Senyum para petani bakal kian merekah.
Nyaris semua orang bisa bercocok tanam karena sejatinya profesi tani telah ada sejak zaman Neolitik.
Petani juga tidak melulu bekerja sendiri karena pada Zaman Perunggu (5000 hingga 4000 SM), bangsa Sumeri sudah menerapkan sistem bagi kerja di bidang pertanian.
Ketika masa panen tiba, para petani bakal berkumpul secara berkelompok untuk mempercepat kegiatan panen.
Tapi, pada tulisan ini, Gurupenyemangat.com tidak akan membahas kisah petani lebih dalam lagi, lho. Soalnya, yang telah disiapkan adalah kumpulan contoh puisi petani.
Puisi petani berikut dirangkai dengan diksi-diksi sederhana dan berkisah tentang sawah, padi, desa, kerbau, hingga perjuangan yang menginspirasi.
Tentu saja, kan? Soalnya pertanian adalah salah satu bidang kerja penyumbang devisa negara.
Mengapa kok digunakan diksi sederhana? Lha, siapa tahu kan beragam contoh puisi petani berikut bisa bermanfaat bagi anak-anak kita terutama mereka yang masih duduk di bangku SD dan SMP.
Baiklah. Kita langsung simak saja ya puisinya:
Puisi Petani 4 Bait
Pak Tani dan Kerbau
Puisi Petani 4 Bait. Dok. Gurupenyemangat.com |
Pagi-pagi sekali Pak Tani sudah pergi
Dia membawa cangkul dan bibit padi
Kerbau pun ia tumpangi
Di bawah hangatnya sinar matahari pagi
Pak Tani dan kerbau sama-sama berjuang
Menanam padi menggarap sawah agar dapat uang
Jika ada uang hatinya dan keluarga tidak bimbang
Hari ini beras mahal bukan kepalang
Senja sore hari telah menyaksikan
Pak Tani dan kerbau selalu bersemangat
Bertani itu melelahkan
Badan pegal dan penuh keringat
Kepada kau yang nyaman di kota
Hargailah jasa petani
Makanlah nasi jangan kau sisa
Niscaya kau bukan termasuk orang merugi
Petani dan Matahari
Hari ini cerah dan langit membiru
Petani itu bangun dan begitu semangat
Sayur-mayur yang tumbuh membuatnya haru
Rasa-rasanya panen melimpah bakal membayar keringat
Jadi petani memang tak mudah
Kita tidak boleh gundah
Apa lagi mengeluh kepada tanah
Usaha ini harus serius tanpa rasa lelah
Kadang petani kecewa
Harga sayur murah
Padahal ia ingin sedikit berwibawa
Minimnya keuntungan membuat gerah
Duhai Pak Presiden pedulilah dengan petani
Naikkan harga sayur dan turunkan harga pupuk
Petani sangat berjasa kepada negeri
Terutama ketika devisa negara kian lapuk
Anak Petani yang Bahagia
Aku anak petani yang tinggal di desa
Pagi-pagi di hari libur aku pergi ke sawah
Sebelum berangkat tak lupa aku berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa
Agar nanti hasil panen kami melimpah
Aku bahagia menjadi anak petani
Setiap hari kulihat daun-daun hijau memesona
Pemadangan itu membuat sejuk mata dan hati
Menambah harapku terhadap impian masa jaya
Anak petani harus bahagia
Aku tak boleh malas belajar
Hari esok pasti penuh tantangan dan harus berupaya
Dan hari ini ada segunung impian yang ingin kukejar
Puisi Petani Desa
Sebuah fajar yang dingin. Padahal tidak mendung. Matahari sebentar lagi juga akan menebar singsing.
Ini desa. Tempat yang sepi dengan kendaraan. Tapi ramai dengan petani. Lewat sana singgah sini, lewat sini lalu membajak sawah di sana.
Petani desa yang sungguh bersahaja. Tidak malu memegang pupuk kambing. Berani kotor. Penuh semangat.
Petani desa sungguh bahagia. Mereka setiap hari berkeringat. Sehat. Lelah. Beristirahat sembari minum kopi.
Sederhana tapi mewah. Sayur ikan asin dan sambal teri rasa restoran. Bukan karena mahal. Kebersamaan membuatnya semakin lezat.
Rawatlah hati petani desa. Bahagiakanlah mereka. Doakan. Semoga anak-anak mereka sukses dan berbakti kepada kedua orang tua.
Puisi: Pak Tani Menanam Padi
Puisi Pak Tani Menanam Padi. Dok. Gurupenyemangat.com |
Ayam berkokok tanda pagi
Jalan setapak ramai ternyata Pak Tani ingin menanam padi
Ada Ibu-ibu dan para tetangga yang mendampingi
Keramaian tawa itu mengusir sepi
Hijau dan basah bibit padi
Siap ditancap di atas bedengan irigasi
Bahagialah petani karena air terus teraliri
Padi juga tertawa karena tidak haus lagi
Menanam padi itu menyenangkan
Bukan sekadar kotor-kotor tapi kebersamaan
Pak Tani punya cerita tentang kedermawanan
Ibu-ibu berkisah nyata berkebaikan
Menanam padi membuat indah sawah
Yang kemarin menguning sekarang kembali cerah
Ditemani dengan kerbau yang gemuk tanpa lelah
Semoga panen mereka melimpah dan berkah
Puisi: Petani Indonesia
Negeriku selalu bangga. Petani meruah jasa. Bukan sekadar panen padi tapi memasok devisa. Juga membuat warung nasi terus tertawa.
Petani Indonesia punya banyak jasa. Ketika harga kopi tenggelam, mereka apungkan keringat. Ketika sayuran melimpah, mereka bagikan dengan cuma-cuma.
Bukannya tak mau rugi. Petani Indonesia sering gali lubang tutup lubang. Untung sedikit kadang ruginya bukan kepalang. Impian sayuran mahal hanya ada dalam ngiang.
Petani Indonesia harus terus dijaga. Jangan biarlah lahan mereka ditingkat-tingkat oleh semen dan batako. Petani punya banyak cerita untuk anak mereka.
Dokter, guru, pejabat, hingga tentara. Petani Indonesia punya cita-cita. Bukan untuk diri, tapi untuk anak-anak mereka.
Puisi: Pak Tani yang Sedang Sedih
Suram. Entah mengapa pagi ini berembun lalu gelap. Gemercik sendu terus menghantui, lalu menyapaku tentang kabar malam.
Pak Tani ternyata sedang sedih. Kulitnya semaking mengerut. Badannya rimpuh. Tatapannya menuju kebun kian buram.
Harga kopi turun
Harga sayur tenggelam
Harga karet diterjang
Tapi harga pupuk terbakar di tanjakan
Cabai rawit hilang pedasnya. Gula aren hilang manisnya.
Petani bersedih bergelimang duka. Pak Tani belum bayar sewa sawah. Masih punya utang dengan tukang rumput. Sudah keduluan janji dengan anak untuk beli baju sekolah.
Tak ada lahan mengeluh selain sawah. Harap-harap cemas tertanam bersama bibit. Berpacu dengan waktu.
Petani tak ingin lagi bersedih. Biarlah keringat semakin mengucur dan basah. Asalkan tulusnya menyaingi sinar mentari yang tak kenal lelah.
***
Oke. Demikianlah beragam contoh puisi petani yang bisa Guru Penyemangat sajikan. Kita telah membahas banyak hal tentang petani, sawah, padi, kerbau, hingga kegelisahan.
Eksistensi petani memang tiada tanding. Begitu pula dengan jasanya. Jangan pernah sekali pun menganggap hina. Kita selalu bangga dengan mereka.
Salam.
Baca juga: Puisi Tentang Alam dan Keindahannya
Posting Komentar untuk "Kumpulan Contoh Puisi Petani, Sawah, Padi, dan Desa yang Menginspirasi"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)