Puisi Tentang Rasulullah dan Dua Belas Rabiul Awal
Puisi untuk Rasulullah SAW. Foto: nu.or.id |
Puisi: Dua Belas Rabiul Awal Telah Tiba
Sorak sorai terdengar di seluruh penjuru samudra. Kegembiraan datang di malam istimewa. Disiarkan dengan kebahagiaan. Kurcaci-kurcaci tersenyum menyambut hari bersuka cita.
"Dua belas rabiul awal telah tiba!"
Berbondong-bondong para kutilang menyerukan tanggal dua belas. Langit hanya diisi oleh rembulan tak ada bintang. Namun, cahaya rembulan lebih terasa bersinar malam ini.
Para bintang bersembunyi merencanakan sebuah perayaan dua belas Rabiul Awal. Awan-awan pun ikut serta mempersiapkan penyambutan hari itu.
Tak ada yang bersedih, Tak ada yang tak ikut serta. Kunang-kunang berserakan bak lentera di malam ini.
Sungguh ceria suasana. Menyambut malam dua belas rabiul awal. Malam yang penuh dengan Suka cita.
Malam yang penuh dengan semarak pujian mengingat pengorbanan Kekasih Allah. Malam yang sunyi terpenuhi dengan semarak pujian mengingat kelahiran Rasulullah.
Dua belas rabiul awal, menjadi malam kebahagiaan insan semesta. Menjadi malam penuh dengan sholawat menjunjung Kekasih Allah. Menjadi malam bahagia bagi Insan pengharap surga.
Puisi Karya: Khairia Nurlita.
Puisi: Rasulullah Menyuruh Kita
Rasul menyuruh kita mencintai yatim piatu
Rasul sendiri waktu kecil tanpa ayah, tiada ibunda
Mencintai anak yatim piatu adalah mencintai Rasul kita
Rasul menyuruh kita mencintai orang miskin
Rasul sendiri tanpa harta, dia lelaki yang sungguh miskin
Mencintai orang miskin adalah mencintai Rasul kita
Rasul menyuruh kita mencintai orang lapar
Rasul sendiri ketat ikat pinggangnya, tak pernah longgar
Mencintai orang lapar adalah mencintai Rasul kita
Rasul menyuruh kita mencintai orang-orang tergilas
Rasul sendiri teladan ketegaran ketika ditindas
Mencintai orang tertindas adalah mencintai Rasul kita
Rasul menyuruh kita mencintai hewan, pohon dan lingkungan
Rasul sendiri lemah lembut pada kucing kesayangan
Mencintai satwa dan alam lingkungan adalah mencintai Rasul kita
Rasul menyuruh kita santun dalam beda pendapat
Rasul sendiri tidak marah bila beliau didebat
Santun dalam beda pendapat adalah mencintai Rasul kita
Kita cintai orang-orang lapar dan berkekurangan
Kita cintai orang-orang tertindas, di manapun mereka
Kita cintai anak yatim dan piatu
Pada Rasulullah kita bersangatan cinta
Gemetar kami dalam zikir
Gagap kami menyanyikan shalawat
Tiada cukup butir tasbih
Tiada memada kosa kata
Dalam membalas cintanya
Secara sederhana
Puisi Karya: Taufiq Ismail
Yaa Nabi Yaa Rasulullah
Cahaya hati kami, kekasih Allah
Anta syamsun anta badrun
Anta nurun fawqa nuri
Engkaulah surya yang menyinari kelamnya hati manusia
Engkaulah purnama penerang gelapnya jiwa manusia
Engkaulah cahaya di atas cahaya
Yaa Nabiyallah, Yaa Habiballah
Betapa mulia akhlaqmu
Bagai cahaya kemuliaan al-Quran
Besarnya perjuanganmu menegakkan agama
Agungnya cintamu menyayangi sesama
Harum senyummu pada wajah dunia
Betapa ramah sikapmu tertanam dalam jiwa
Yaa Nabiyallah, Yaa Habiballah
Betapa indah akhlaqmu
Bagai cahaya keindahan al-Quran
Rindu kami padamu sepanjang waktu
Engkaulah cermin bagi hidup kami
Engkaulah petunjuk perjalanan kami
Engkaulah mata air hati dan pikiran kami
Wahai teladan yang tak pernah padam
Yaa Nabiyallah, Yaa Habiballah
Betapa suci akhlaqmu
Bagai cahaya kesucian al-Quran
Hadirkanlah cintamu dalam ibadah kami
Ajarkanlah ketabahanmu dalam doa kami
Mengalirlah jihadmu dalam hati kami
Tumbuhkanlah akhlaqmu dalam hidup kami
Yaa Nabi Yaa Rasulullah
Pujaan hati kami, kekasih Allah
Anta syamsun anta badrun
Anta nurun fawqa nuri
Engkaulah surya, engkaulah purnama
Engkau cahaya di atas cahaya
Puisi Karya: Taufiq Ismail
Baca juga:
2 komentar untuk "Puisi Tentang Rasulullah dan Dua Belas Rabiul Awal"
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)