Inilah 9 Fakta Miris Tentang Pelajar yang Kecanduan Game Online dan Dampaknya, Bikin Kita Nangis!
Makin hari, game online semakin meninggikan eksistensinya, terutama pada era Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Tidak terpungkiri bahwa dari aspek pendidikan, para pelakunya yang menggelar PJJ akan lebih akrab dengan teknologi.
Meski begitu, kita tidak bisa memandang sebelah mata karena teknologi laksana mata pedang yang memiliki dua sisi sama-sama tajam.
Fakta Kecanduan Game Online dan Dampaknya. Dok. Suara.com |
Teknologi selain berdampak positif untuk kemajuan pendidikan, juga berdampak negatif terutama dari aspek psikososial anak. O ya, jangan lupakan pula dampaknya dari segi ekonomi.
Maka dari itu, pada tulisan ini akan disajikan 9 fakta miris tentang pelajar yang kecanduan game online beserta dampak negatifnya.
Selain itu, dihadirkan pula beberapa tip untuk mencegah anak-anak kita kecanduan gim.
1. Pelajar SD Bolos Sekolah 4 Bulan Gara-gara Kecanduan Game Online [2019]
Diberitakan oleh KOMPAS, seorang pelajar di daerah Banjarpanjang Kabupaten Magetan absen bersekolah hingga 4 bulan karena keasyikan bermain gim online.
Rutinitas pelajar ini begitu miris. Dirinya setiap hari begadang, tidur jam 5 subuh, dan nantinya bakal bangun pada jam 4 sore.
Sedangkan selain pada jam yang disebutkan tadi, waktu demi waktu digunakannya untuk bermain game online.
Fakta tersebut menjadi semakin miris setelah direngkuh data bahwa si pelajar SD tadi hanya tinggal bersama neneknya.
Sang nenek mengaku mesti mengeluarkan uang senilai Rp27.000 setiap hari demi membeli pulsa. Jika tidak dibelikan, si cucu tidak mau keluar kamar.
Kisah ini memang cukup untuk membuat hati kita semakin teriris. Diketahui bahwa pelajar SD sudah 5 tahun lebih tidak pernah bertemu dengan orangtuanya yang sibuk merantau ke Kalimantan demi meraup rupiah.
Rasa-rasanya, peran orangtua di hari ini begitu krusial bahkan begitu penting hingga berkali-kali lipat. Adanya teknologi dan kecenderungan anak mengakses aplikasi digital membuat tantangan orangtua semakin susah.
2. Tiga Anak dengan Usia 9 Tahun Menderita Adiksi Game, Salah Satunya Terdiagnosis Mengalami Gangguan Jiwa [2019]
Berlanjut menuju fakta miris berikutnya, Psikiater RSJD Amino Gondohutomo, Hesti Anggriani mengonfirmasi (19/10/2019) bahwa ada 3 anak yang terpaksa harus menjalani terapi karena kecanduan game.
Anak-anak yang berumur rata-rata 9 tahun tersebut memiliki perilaku bermain gim yang masuk kategori adiksi berat.
Ya, dalam sehari didapat fakta bahwa salah satu anak tersebut mengalami gangguan jiwa karena menghabiskan waktu 8 jam sehari/bahkan lebih hanya untuk bermain game.
Dikatakan oleh Hesti, seseorang yang bermain game hingga 8 jam sehari sudah overlap dan didiagnosis adiksi berat. Proses penyembuhannya yaitu harus melalui terapi.
Lagi-lagi di sini kita perlu hadirkan pertanyaan; ke mana orangtuanya?
Mengapa orangtua tidak perhatian, tidak mengajak refreshing, dan juga tidak memberikan anak-anak tersebut kegiatan lain yang lebih bermanfaat daripada sekadar main gim?
3. Ada 35 Pelajar Menjalani Pengobatan Gara-gara Kecanduan Game Online [2019]
Pada Oktober 2019, Aliyah Himawati selaku Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJD Dr Arif Zainudin kota Surakarta mengonfirmasi bahwa ada total 35 pelajar yang harus menjalani pengobatan akibat kecanduan permainan online.
Keseluruhan pasien pelajar tersebut rata-rata berasal dari jenjang SD hingga SMA kelas 1.
Himawati menyebutkan bahwa terkadang tidak ada keluhan serius bagi orang yang kecanduan game online.
Tapi perilaku seperti anak yang malas makan, malas sekolah, marah-marah tidak karuan, salah satunya bisa menjadi dampak negatif dari game online.
Lebih lanjut, diterangkan bahwa ada dua orang pelajar yang harus menjalani rawat inap di RSJD Surakarta, sedangkan sisanya menjalani rawat jalan.
Jika kita cermati lebih lanjut, agaknya kehadiran game online di sela-sela aktivitas anak beberapa tahun terakhir semakin membuat resah. Tidak hanya dari sisi sekolah, melainkan juga dari pihak kesehatan.
4. Remaja Nekat Curi Sepeda di Tengah Keramaian, Lagi-lagi Demi Bisa Bermain Game Online [2020]
Hemm, kembali lagi adiksi game online yang berujung pada tindakan kriminal. Kasus ini terjadi di Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, yaitu seorang remaja yang nekat mencuri sepeda di pemukiman kompleks padat penduduk.
Beraninya, aksi pencurian tersebut dilakukan oleh si remaja dengan seorang temannya terhadap sepeda yang ada di garasi rumah. Tindakan menyimpang ini pun sempat terekam oleh CCTV.
Diterangkan oleh Kapolsek Pontianak Timur, AKP Prayitno, pelaku yang merupakan seorang remaja itu mengaku terpaksa mencuri sepeda demi bisa bermain gim online.
Rencananya, sepeda tersebut bakal dijual dan uangnya digunakan untuk modal seperti membeli kuota internet hingga top up diamond.
5. Anak Umur 6 Tahun Habiskan Rp230 Juta Hanya untuk Bermain Game Online [2020]
Baiklah. Mari sejenak kita berpindah menuju kasus luar negeri.
Pada akhir tahun 2020 kemarin, seorang Mama bernama Jessica Johnson bercerita tentang fakta mencengangkan putranya, George dalam acara “Good Morning America”.
Jessica menerangkan bahwa anaknya telah menghabiskan uang senilai $16.293,10 di Apple APP Store hanya untuk membeli cincin di game Sonic Forces.
Jika dirupiahkan, maka total uang yang lenyap itu bernilai Rp230 juta.
Mengapa anak umur 6 tahun bisa berbelanja hingga sebanyak itu? Jessica melanjutkan bahwa di akun PayPal miliknya telah terkoneksi dengan perangkat iPad sehingga anaknya dengan mudah menghamburkan uang dalam bentuk tagihan demi bermain game.
Pada kasus ini, jelas dan terang kesalahannya datang dari orangtua yang lalai. Nyatanya, pandemi dan kesibukan bukanlah alasan untuk mengurasi perhatian serta tidak melakukan pengawasan terhadap anak.
6. Kecanduan Game Online di tengah PJJ, Dua Pelajar SMP Berhenti Sekolah Hingga 1 Tahun [2021]
Memasuki tahun 2021, eksistensi game online seakan terus menjadi-jadi hingga bikin perih mata dan hati.
Ketika sekolah, orangtua, dan pemerintah sibuk merakit sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang efektif, kita malah dibuat miris dengan kasus dua anak SMP yang harus menjalani perawatan dan pemulihan selama 1 tahun gara-gara adiksi game.
Kedua pelajar yang kecanduan permainan online ini memiliki kebiasaan sering begadang dan tidur setelah Subuh, tepatnya setelah selesai bermain gim.
Diterangkan oleh Retno Listyarti selaku Komisioner KPAI, pemberitaan tersebut didapatnya dari pihak sekolah yang melaporkan kepada KPAI tentang perilaku anak yang tidak ikut PJJ.
Sebagai akibat dari perilaku negatif ini, kedua pelajar SMP mesti menepi dari kegiatan sekolah karena harus mengikuti proses pemulihan dan terapi. Hemm.
7. Siswi SMP Meninggal, Didiagnosis Gangguan Mental Organik dan Encephalitis [2021]
Kejadiannya belum lama, tepatnya pada bulan Mei 2021 kemarin.
Melalui Kompas, diberitakan bahwa ada seorang pelajar kelas SMP asal Desa Pageralang, Kec. Kemranjen, Kab Banyumas, Jawa Tengah, dikabarkan meninggal dunia setelah mengalami gangguan saraf mental organik dan encephatilis.
Diterangkan lebih lanjut, bahwa gangguan saraf tersebut tidak semata-mata bisa didiagnosis akibat kecanduan game online.
Hanya saja, perilaku pelajar sebelumnya tidak pernah lepas dari ponsel. Pun demikian dengan pemberitaan di media sosial bahwa si pelajar sampai-sampai tidak lagi bisa mengenal dirinya.
Meski demikian, dalam dunia medis memang ada yang namanya gangguan sebagai imbas dari kecanduan game online.
Diterangkan oleh Wakil Direktur Pelayanan RSUD Banyumas dr Rudi Kristiyanto, gangguan game online termasuk dalam gangguan kontrol atas game.
Dampaknya yaitu dapat menimbulkan konsekuensi negatif pada pola perilaku, kerusakan signifikan dalam bidang fungsi manusia sebagai pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, hingga berbagai aspek kehidupan lainnya.
Sayangnya, efek tersebut baru akan terbukti setidaknya setelah satu tahun.
8. Ada 4 Orang Santri Nekat Mencuri Motor untuk Modal Bermain Game Online [2021]
Berpindah ke Bintan di Kepulauan Riau, pada Minggu pagi (06/06/2021) tengah malam telah terjadi kasus pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh 4 orang santri.
Diceritakan oleh Kapolres Bintan, AKBP Bambang Sugihartono, aksi pencurian sepeda motor Yamaha Jupiter MX ini terjadi sekitar pukul 23.40 WIB oleh anak santri yang keluar dari lokasi pesantren.
Keempat santri tersebut melihat ada sepeda motor di parkiran, dan segera mencoba untuk membawa kendaraan roda dua itu kabur. Sayangnya, sebelum motor dibawa lari, anak pesantren tadi sudah keduluan ketahuan oleh pemilik hingga terjatuh dari sepeda motor.
Kedua orang santri berhasil ditangkap warga, sedangkan dua orang lagi berhasil kabur.
Setelah pelaku diamankan, akhirnya terkuaklah alasan mengapa pencurian bisa terjadi. Santri tersebut mengungkapkan bahwa aksi curanmor terpaksa mereka lakukan untuk modal bermain gim online.
Beruntung pihak pemilik sepeda motor tidak meneruskan perkara pidana ini karena sudah menempuh jalan damai bersama pelaku dan warga setempat.
Hemm. Tambah miris ketika anak pesantren ikut-ikutan terjangkit virus negatif gim online.
9. Dua Remaja Nekat Curi Kotak Amal Demi Bisa Main Game Online di Warnet [2021]
Mari kita berangkat menuju kasus terbaru yang terjadi pada tanggal 18 dan 20 Juni 2021. Di Kabupaten Karimun telah terjadi pencurian kotak amal masjid yang dilakukan oleh dua remaja pada pagi hari.
Adapun uang total curian yang berjumlah Rp325.000 itu diakui oleh pelaku telah digunakan untuk modal bermain gim online di warnet.
Kedua remaja tersebut bisa tertangkap karena kebetulan aksinya sudah terekam oleh kamera CCTV masjid.
Untuk tindak lanjut, kedua pelaku di bawah umur ini bakal diberikan pendampingan dari orang tua, juga berlanjut ke diversi dan kemudian diserahkan kepada Dinas Pengendalian Penduduk KB, PP dan PA.
***
Selain dari 9 kasus sekaligus fakta miris di atas, sebenarnya masih ada begitu banyak kasus lain terkait anak/remaja yang kecanduan gim online.
Pada dasarnya kisah-kisah tersebut memiliki kemiripan dan bersandar pada sebab yang sama yaitu kurangnya perhatian dari orang tersayang hingga berakibat pada kasus kriminal.
Kali ini, mari kita kembali melirik berbagai dampak negatif game online bagi anak-anak.
Dampak Negatif Game Online Bagi Anak, Pelajar, dan Remaja
Dampak negatif game online bagi anak dan pelajar. lustrasi oleh Safebee via Okezone.com |
Ada banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh gim online, tepatnya jika seorang anak sudah mencapai tingkat adiksi alias kecanduan.
Berikut ini Gurupenyemangat.com akan merangkum berbagai dampak negatif yang bakal diderita para generasi masa depan yang kecanduan gim online:
- Fungsi atensi (pemusatan perhatian terhadap sesuatu hal), fungsi eksekutif (merencanakan dan melakukan tindakan) dan fungsi inhibisi anak akan terganggu (kemampuan untuk membatasi) karena kecanduan permainan online.
- Anak sulit mengendalikan perilaku impulsive alias susah berhenti bermain game.
- Anak telat makan, sering marah ketika keinginannya tertunda.
- Prestasi dan produktivitas anak menurun karena kurang fokus dengan dunia nyata.
- Anak, remaja, dan pelajar bakal mengalami gangguan tidur sehingga mempengaruhi sistem metabolisme tubuhnya.
- Hadirnya perasaan cepat lelah (fatigue syndrome), kaku leher dan otot, hingga Karpal Turner Syndrome.
- Memprioritaskan kegiatan bermain gim dan mengenyampingkan aktivitas lain yang sebenarnya lebih penting (sedentary life).
- Anak dan remaja pecandu game online rawan mengalami dehidrasi, kurus atau bahkan sebaliknya (obesitas) dan berisiko menderita penyakit tidak menular (misalnya penyakit jantung).
- Dampak ekonomi, alias kerugian finansial yang cukup besar.
- Dan…masih banyak lagi.
Lalu, bagaimana saran atau tip agar anak-anak kita selamat dari kecanduan game online?
Tip Mencegah Kecanduan Game Online
Diterangkan oleh Direktur Direktur Indonesia Heritage Foundations (IHF) Wahyu Farrah Dina dalam Seminar Pendidikan Keluarga Duta Oase Cinta Kemdikbud, ada dua tip utama untuk mencegah/mengurangi kecanduan game online pada anak.
Pertama, sebagai orangtua kita perlu menyusun jadwal aktivitas anak pengganti gim online seperti olahraga, seni,bermasyarakat, dan aktivitas lainnya.
Kedua, jauhkan anak-anak kita dari peralatan dan software games secara bertahap. Jangan langsung memaki anak jika mereka bermain game. Wajar, game itu menarik dan menghibur.
Selain itu, perangkat game sebaiknya diletakkan pada ruang terbuka, jangan dibiarkan terpampang manis di kamar. Akibatnya nanti, anak akan lebih betah berkurung diri di kamar.
Sejatinya, game itu hanyalah alat, jadi secara umum tidak bisa semata-mata disalahkan. Yang salah adalah penggunanya karena gim juga ada yang edukatif.
Sebut saja seperti ice breaking di kelas atau gim Quizz yang berkisah tentang cepat-cepatan menjawab soal.
Game tersebut lebih mendidik, dan tinggal bagaimana lagi cara orangtua mengarahkan anaknya supaya memilih gim yang lebih edukatif.
Terpenting, perhatian adalah nomor satu dan kebiasaan keluarga di rumah ikut memengaruhi kecenderungan anak.
Jikalau hubungan keluarga itu harmonis, banyak kegiatan bermanfaat yang dilakukan bersama-sama di ruang keluarga, maka anak juga akan lebih betah nimbrung ke sana.
Tapi jika sebaliknya? Jangan sampai anak memilih gim online sebagai pelampiasan akibat kurangnya perhatian dari orang tua maupun orang di sekitarnya.
Salam.
Baca juga:
Posting Komentar untuk "Inilah 9 Fakta Miris Tentang Pelajar yang Kecanduan Game Online dan Dampaknya, Bikin Kita Nangis!"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)