Puisi Tentang Setangkai Mawar dan Manusia Ilalang yang Bimbang
Mawar itu manis? Mungkin saja. Setangkai mawar merah terkadang aromanya menggetarkan raga.
Tapi, ketika ia layu, tiada akan bedanya dengan ilalang. Warnanya pucat seperti dirimu yang sedang bimbang.
Mungkin saja, dan barangkali kebimbanganmu di hari kemarin bakal terusir seiring dengan mekarnya setangkai mawar, sebagaimana sajian puisi manis berikut ini:
Setangkai Mawar dan Manusia Ilalang yang Bimbang. Gambar oleh Melk Hagelslag dari Pixabay |
#Puisi 1: Setangkai Mawar
Setangkai mawar merah
Terpetik dari batangnya
Untuk menyelimuti suasana
Mawar merah
Merekah rekah
Kelopaknya menguatkan rasa
Kerinduan dan kecintaan
Pada sang pemberi
Setangkai mawar
Menumbuhkan sejuta cinta
Menanamkan rasa percaya
Akan batang yang rapuh
Akan kumbang yang berlalu
Pergi meninggalkan janji
Setangkai mawar merah
Membuka sebuah amarah
Hatiku semerah amarahnya
Jiwaku terbakar akan kerinduan
Wahai pemberi setangkai harapan
Engkau mempermainkanku
Menggoyahkan batang rapuh
Tumbang tak menentu
Dikau bunga mawar
Menjebak hati ini
Mengunci pikiran
Terluka karena dirimu
Terlupa manisnya katamu
Membuat kecewa mendalam
Setangkai mawar
Menjadi bukti
Percintaan kekasih
Mengering lalu mati
Tak berujung putus
Tak kunjung sinar
Setangkai Mawar merah
Menarik sepasang insan
Terjebak dalam dimensi
Tak ada jalan keluar
Sembari merelakan
Bunga ini jatuh berguguran
Hingga akhirnya mati
Puisi Karya: Mawar Sartika (24)
#Puisi 2: Manusia Ilalang
Gemercik angin meniup
Ilalang berayun-ayun
Menari di tepi jalan
Di tepi jalan
Memberikan waktu
Melihat keadaan
Mamahami kepedihan
Di sudut kota ini
Ada jiwa lusuh
Kurus tak berdaya
Namun dia tetap manusia
Berpindah tempat
Mencari kenyamanan
Tak setia bertahan
Akan keadaan menghampiri
Manusia itu gila
Memikirkan dunia
Terlalu rapuh untuk bertahan
Dari badai kehidupan
Hingga bimbang memahami diri
Seirama ilalang
Masa terus berubah
Musim silih berganti
Manusia itu hilang
Raganya musnah bercampur tanah
Melebur berkeping-keping
Jiwanya masih melekat
Tak hilang dimakan waktu
Kini manusia ilalang
Menghampiri diriku
Menjilat sana dan sini
Berubah pilihan
Terlupa terucap
Langgar pantang larang
Manusia itu
Mengorbankan keindahan
Demi mengikuti ilalang
Bergoyang kesana kemari
Hingga terlupa diri
Tujuan dari hidup
Hingga rela diperbudak
Demi kebahagian sesaat
Puisi Karya: Mawar Sartika (25)
#Puisi 3: Bimbang
Semar-semar terlihat
Bayangan hitam nan kelabu
Menutupi pandangan mata
Menggelapkan suasana
Membekukan keadaan
Membisukan beribu kata
Kusangka langit menyala
Menyambut sinar matahari
Namun awan kelabu
Membawa permasalahannyaAntara putih dan hitam
Begitu susah menimbangnya
Saat pilihan datang
Keadaan begitu sulit untuk dimengerti
Aku tak tahu
Apa yang dilihat
Apa yang dirasakan
Seperti air mengalir tanpa henti
Semua terasa hampa
Membuat sebuah kebimbangan
Ada kala senja
Menetap bersama keindahan
Ada kala kelabu
Menyatu bersama derita
Semua kekalahan ini
Semuah keluh ini
Memaksa hati menentukan keputusan
Mencari kepastian
Dari fajar hingga senja
Dari semi hingga gugur
Dari terang hingga kelabu
Namun hanya kebimbangan
Menjadi jawaban
Wahai sang burung
Engkau dapat terbang tinggi
Tanpa harus pulang
Namun titipkan jawaban
Agar hati tak gundah
Menumbuhkan kebimbangan
Demi kepastian hubungan ini
Baca juga:
Posting Komentar untuk "Puisi Tentang Setangkai Mawar dan Manusia Ilalang yang Bimbang"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)