Puisi Tentang Perempuan, Rupawan di Sebalik Kerelaan
Perempuan itu penuh dengan kerelaan. Hatinya lembut, perasaannya tulus, bahkan segenap cintanya mampu menaklukkan segenap penduduk bumi.
Selagi terpelihara, perempuan terlihat rupawan layaknya bunga yang sedang mekar. Dikau sangat indah, duhai gadis, dengan kerelaan dan kecintaan yang tak bertepi.
Puisi Tentang Perempuan, Rupawan di Sebalik Kerelaan. Foto: Mawar (Whatsapp) |
Puisi 1: Gadis Rupawan
Gadis rupawan
Berbaju putih nan suci
Berkalungkan harapan
Harapan yang menggantung
Berisikan ketulusan
Tanpa tahu apa yang terjadi
Engkau bunga terpelihara
Terjaga dari kumbang sang pemusnah
Terlindung jua dari racun
Hatimu penuh kehangatan
Hidupmu menjadi penuh harapan
Hadirmu menjadi kekuataan
Wahai gadis rupawan
Engkau tak meminta cahaya
Engkau tak meminta mutiara
Engkau ingin rindu menghilang
Engkau ingin hatimu kembali
Bagimu
Cinta itu bagaikan lautan
Tak mempunyai ujung
Tak berkesudahan
Tak bertepi
Semakin dikejar semakin sulit
Semakin indah dipermainkan
Semakin kuat diperbudak
Bagimu
Siang terlalu lama
Malam terlampau cepat
Untuk menanti kembali
Sang pembawa hati
Sang pembawa hati
Selalu hadir dalam hidupnya
Selalu menari dalam pikiran
Selalu membayangi raga
Bisikan sang angin
Membawa pesan jauh
Dia yang dinanti
Dia yang diharapkan
Kembali padanya
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 2: Dia (Perempuan) Sang Penakluk
Kala matahari menampakkan sinarnya
Kala rembulan memperlihatkan wujudnya
Kala bintang bersinar dari kegelapan
Saat jiwa tak percaya terhadap cinta
Saat hati tak percaya terhadap kesetiaan
Kau datang merangkul
Kau datang memujuknya
Kau tak gentar
Kau tak putus asa
Menggapai bunga nan suci
Menggapai bintang agar bersinar
Kau keraskan tekadmu
Mengubah sang karang menjadi patung
Mengubah hati yang keras menjadi lembut
Mengubah kebohongan menjadi kebenaran
Kau taklukkan segala keangkuhan diri ini
Lalu kau tanamkan benih-benih cinta
Kau lunturkan kelamnya hidup
Lalu kau berikan lentera kehidupan baru
Kau tutupi kelemahannya
Lalu kau berikan keyakinan pada diri ini
Kau berhasil merebut bunga
Kau berhasil menjadi bintang
Kau berhasil taklukan
Diri ini yang berhati keras dan angkuh
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 3: Dikau
Kumenulis sebuah kisah
Diiringi nyanyian kalbu
Yang tak mempunyai lirik
Yang tak seperti naskah
Diketahui dari awal
Jika membacanya dengan benar
Diketahui sejak awal
Yang takkan dipenuhi penyesalan
Hingga detik ini
Begitu sukar melupa
Tak semudah jatuh cinta dahulu
Walaupun kau tak ada di sisi lagi
Meninggalkan sejuta kenangan
Namun terkadang kuberpikir
Mengapa aku tak mampu berdiri melawan luka
Merenung diri apa yang harus diperjuangkan
Kisahmu atau dirimu
Dikau
Benar-benar telah jauh dari pandangan
Mewarnai hati dan hidupku yang kegundahan
Engkau membuat merasakan
Hadirku hanya untukmu
Kedua tanganku siap memelukmu
Hatiku hanya merasakan hadirmu
Pikiranku dipenuhi kisah kita
Yang seperti awan menutupi mentari
Seperti bintang merindukan bulan
Namun kau hadir untukku
Hanya untuk kenangan
Memberikan pelajaran
Memberikan luka di hati
Dikau
Bintang yang menjelma menjadi pisau
Yang siap membunuhku dengan kerinduhan
Terkadang aku menyesal
Mengapa kita berjumpa
Namun pada akhirnya
Berakhir pedih
Dikau
Fajar menjelma senja
Walau kau telah pergi jauh
Namun sisa kisah ini
Akan kuingatdi hatiku
Tanpa dirimu tahu
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 4: Kerelaan
Kurelakan
Bintang pergi bersama bulan
Awan menutupi mentari
Kabut menutupi langit
Hujan membasahi permukaan
Sang penerang berubah kelam
Kurelakan
Bunga yang bersemi
Disirami kasih
Disayangi tiada terbilang
Dijaga dengan separuh nyawa
Dipetik orang
Kurelakan
Bunga nan indah
Pergi dari hidup
Membiarkannya di antara dua pilihan
Hidup atau mati
Cita atau duka
Membara atau gerhana
Jika dia sang kumbang
Telah menemukan bunga lain tak mengganggu
Bunga yang lain akan diam
Tanda tak mampu berbuat
Jika cinta itu diibaratkan bunga
Pastilah akan berakhir dengan lara
Jika cinta diibaratkan samudra
Pastilah tak berkesudahan
Jika cinta dibaratkan daratan
Pastilah dia akan membara
Merelakan sang kumbang
Menyinari bunganya
Jalan yang tepat
Memahami kenyataan
Jika daratan yang luas disebut benua
Jika lautan yang dalam disebut samudra
Lalu bagaimana jika cintaku melebihi itu
Disebut apakah dia?
Kurelakan engkau pergi
Mengejar mimpi yang pasti
Tanpa berharap sang kumbang kembali
Tapi bunga tak terpilih
Berkata
Pergilah engkau kumbang
Kurelakan engkau bersamanya
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Baca juga:
4 komentar untuk "Puisi Tentang Perempuan, Rupawan di Sebalik Kerelaan"
Bagus banget fotonya, angelnya pas ðŸ¤
Semangat, dan salam sehat, Pak Guru
Siap semangat selalu. Tengkyu ya Bu
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)