Puisi Tentang Manusia Baik dan Manusia Rakus
Tiap-tiap manusia itu berbeda. Ada dia yang baik, ada dia yang jahat, juga ada dia yang rakus. Sejatinya dunia memang tak selalu indah.
Tapi ada satu hal yang pasti, bahwa yang baik selalu baik, yang benar selalu benar, dan yang buruk akan selalu buruk.
Puisi Tentang Manusia Baik dan Manusia Rakus. Foto: Prawny dari Pixabay |
Puisi 1: Pedagang
Hening subuh
Hari beranjak pagi
Saat dingin datang
Sembari menata langkah
Penuh semangat membara
Menuju ke arah terang
Dari subuh
Hingga petang
Mencari rezeki sesuap nasi
Mencari rahmat
Dari barang dagangannya
Saat tiba di pasar
Tempat pertempuran dimulai
Menata barang dagangan dengan menarik
Berharap laku dagangannya
Di pasar itu
Tempat berjuang tanpa meminta
Berharap mendapat keberuntungan
Uang beribu terasa besar nilainya
Terlihat kecil namun begitu besar
Menghargai kemampuan di hari ini
Ketika siang menyengat
Lelah muncul keringat
Melekat dalam dirimu
Mata pedagang itu
Melukiskan kepayahan
Namun hatinya mengisahkan beban nafkah
Membiarkan diri terus berjuang
Tanpa kenal waktu
Dari kejauhan
Kumerasa dirimu lelah
Dirimu ingin menangisi kejenuhan ini
Namun kau meyakini
Tangisan tak mengubah keadaan
Wahai pedagang
Yang berjuang hari demi hari
Bersaing dengan kepayahan
Mencari nafkah demi kewajiban
Bersama beban pikiran
Namun mampu mengukir senyuman
Di akhir perjuangan
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 2: Kursi dan Manusia Rakus
Kursi
Kau terbuat dari kayu
Memiliki empat penyanggah
Menopang beban berat
Tapi akan hancur
Jika diduduki manusia rakus
Kursi
Kau sebuah perabotan
Yang dipunyai semua orang
Tapi ada satu darimu
Yang tak mudah dimiliki
Kursi
Kau tempat duduknya manusia lelah
Kau selalau diperebutkan
Tak peduli jalan mana dilewati
Entah itu putih atau hitam
Entah itu jujur atau dusta
Entah itu benar atau salah
Kursi
Benarkah engkau lambang kekuasaan?
Mengapa kau terlalu diidamkan manusia itu?
Kursi di dukannya dirimu
Manusia dapat menguasaimu
Digenggamnya hatimu
Manusia dapat menekan sesama
Didapatnya kepercayaanmu
Manusia leluasa mengingkari
Kursi
Engkau kuat bukan karena berat yang dikandung
Engkau berharga bukan karena siapa yang menguasaimu
Penyanggahmulah sumber keberhargaan dan kekuatanmu
Engkau akan jauh terhina
Bila diduduki sang raksasa rakus
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 3: Terlihat Baik
Hari ini semua terlihat baik
Namun awan tak setuju
Langit ditutupi sinar kegelapan
Hari ini begitu buruk
Hari ini semua tak terduga
Dibangunkan dengan fajar
Memberikan kejutan kala senja
Saat fajar menyerang
Meruntuhkan keimanan
Menggoyahkan perjuangan
Rasa hati ini rakkan sanggup memisahkan rasa dan cinta
Menilai darah dan daging
Namun apalah daya
Jika pilihan tak ada
Jari-jemariku gundah
Menentukan yang terbaik
Rasanya benar benar sulit
Namun aku harus melakukannya
Jiwa kumulai memilih
Sembari hujan turun
Memberi petunjuk
Apakah ini yang terbaik ?
Jariku telah berwarna
Memilih pilihan yang tepat
Perbuatan ini akan dipertanggungkan
Menentukan nasib tanah kita
Sejahtera atau kemiskinan
Hari ini hari terbaik
Bersejarah bagi tanah kita
Tanah kita akan menemui pemimpinnya
Membicarakan cita-citanya
Menjelaskan bahwa dia bagian hidup
Yang perlu dipenuhi janjinya
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 4: Salah Siapakah?
Salah siapakah?
Jika langit terdiam seribu bahasa
Jika awan terlihat kelabu
Jika akhirat bukan tujuan akhir
Jika dunia tiada lagi berharga
Salah siapakah?
Jika tak ada lagi gempita suara
Jika tak ada senyum mesra
Jika semangat tak lagi mewarnai hidup
Salah siapakah?
Air laut tak kuasa membendung ombak
Daratan tak kuasa menahan bebannya
Langit tak kuasa menahan dinginnya malam
Salah siapakah?
Matahari merajuk tak tertentu arah
Bulan merindu dari berbagai arah
Salah siapakah?
Jika jiwa tak lagi suci
Hati tak lagi damai
Salah siapakah?
Jika lembaran putih berubah hitam
Lembaran hitam berubah putih
Jika buruk ternilai baik
Jika baik ternilai buruk
Salah siapakah?
Takdir lurus berubah berliku
Takdir berliku berubah lurus
Salah siapakah?
Apakah manusia?
Apakah waktu?
Apakah keadaan?
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Baca juga:
Posting Komentar untuk "Puisi Tentang Manusia Baik dan Manusia Rakus"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)