Puisi Tentang Kenangan Dia dan Senja
Sesekali masa lalu terasa begitu indah, kan? Agaknya begitu, karena sekujur sepi kerap kali mengundang kerinduan. Ada seberkas kerinduan yang tertinggal dalam balutan kenangan.
Apakah itu tentang dia? Mungkin saja. Dia barangkali sangat menarik dan menggoyahkan keteguhan hati para penyendiri.
Lalu, bagaimana dengan senja? Aih, mungkin sama. Bahwa kenangan tentang dia juga akan berkisah tentang senja. Dan rasanya, beberapa baris diksi berikut bisa mewakili kenangan tentang dia.
Puisi Tentang Kenangan. Foto: Pixabay |
Malam yang sepi
Dingin yang perih
Menusuk segenap kalbu
Membuat diri merindu
Bulan bersinar
Kabut menghalangi sinarnya
Bintang bertaburan di angkasa
Hati bertaburan kerinduan
Saat kegundahan menghampiri
Kegalauan menghampiri hati
Terkenang dirimu sahaja
Kenanganmu membayangiku membuat jiwa gelisah
Berharap rindu hanya sebuah rasa
Bayangan dirimu kuat
Sukar bagiku menerima
Sukar bagiku menyadari kenyataan ini
Harapanku selalu ada
Ialah agar sinar tetap menyala menerangi sepasang kasih
Namun apalah daya jika rasa telah memilih mendapatkan keputusan terbaik
Engkau lebih memilih kenangan sebagai jawabannya
Kenangan itu menumbuhkan kerinduan
Di antara dua insan terpisahkan yang tak mungkin bersama
Suatu hal harus disadari
Keadaan sangat sulit
Begitu pahit dirasakan
Begitu susahnya mengikhlaskan
Namun aku meyakini keperihan ini pasti berakhir
Seperti halnya kisahku yang telah karam dihempas ombak
Telah hilang diterpa badai
Goresan Tangan: Mawar Sartika (21)
Puisi 2: Dia
Dia
Sang bulan ditutupi bintang
Bersinar di antara cahaya
Dia
Setetes air di gurun menyegarkan hati
Dia
Matahari yang menghangati
Menghangati jiwaku
Wahai sang bulan
Begitu jauhnya dirimu
Ku tak dapat memandangmu
Wahai bayangan
Begitu rindunya hati
Ingin bertemu dan memelukmu
Wahai kasihku
Begitu sulitnya menunggu
Menunggu jawaban ini
Rasa hati semakin gelisah
Apakah ini baik atau salah?
Wahai senjaku
Memberikan kenangan lalu menghilang
Tanpa jawaban pasti
Wahai cintaku
Suatu hal dipahami
Cintaku seperti pelangi
Diawali derasnya sang hujan
Diterpa cahaya kasih
Menjadi sebuah keindahan dunia
Wahai cintaku
Kegelisahanku hanya engkau
Kerinduanku kerena dirimu
Kesedihanku atas keputusanmu
Wahai sang kasih
Ketenanganku hanya engkau
Kebahagianku karena dirimu
Wahai sang kasih
Hatiku ada di dirimu
Jiwaku akan hadir
Engkau akan kulukis
Di lubuk hati terdalam
Hingga akhir ini, kasih
Goresan Tangan: Mawar Sartika (22)
Puisi 3: Layangan Senja
Menikmati hari senja bersama layangan tua
Berkumpul bersama
Menarik ulur kendali
Agar layangan tak jatuh tak berdaya di tanah
Layangan terbang tinggi
Berbunyi-bunyi merisik
Semakin tinggi dia terbang
Semakin sukar dikendalikan
Angin kencang bertiup
Menyambut layangan untuk diterkam lalu diputuskan
Menjadi rebutan saat jatuh
Menjadi hinaan ketika hilang
Layangan mengisi kehidupan
Sore berjumpa
Menjelang senja berpisah
Namun tak pernah menyadari apa arti semuanya ini
Bermain layangan sungguh mengasyikkan
Kejar dan mengejar bersama waktu dan keadaan
Namun sadarkah diri?
Sesungguhnya hidup bagaikan layangan
Tali layangan panjang
Pengendali harus paham kapan waktuya menarik
Kapan waktunya mengulur
Jika tidak maka layangan akan jatuh
Menukik keras di daratan
Lalu menghilang entah ke mana
Hidup bagaikan layangan
Harus memahami diri
Aku ini ditarik
Atau aku ini mengulurkan
Jika hati mampu menyadari
Hidup selalu memiliki pilihan
Menerima sesuatu
Atau merelakan sesuatu
Goresan Tangan: Mawar Sartika (23)
Baca juga:
Posting Komentar untuk "Puisi Tentang Kenangan Dia dan Senja"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)