Puisi Tentang Hujan dan Gelapnya Kehidupan
Terkadang hujan itu menyejukkan, tapi sesekali juga menghadirkan sepi di tengah dingin. Di sisi lain, hujan pula berkisah tentang kehidupan, bahwa hidup tidak selalu cerah dan indah.
Hujan dan gelapnya kehidupan. Foto: Henryk Niestrój dari Pixabay |
Puisi 1: Hujan di Sore
Hujan di sore
Membasahi dedaunan
Mengguyurkan air
Turun ke permukaan
Hujan
Mengembunkan perlahan kaca
Mengaburkan pandangan
Saat kau hadir
Awan menjelma lirih
Namun dataran tumbuh menghijau
Burung-burung menari
Sembari melupakan badai itu
Wahai hujan
Sampaikan salamku
Pada mentari yang bersedih
Tertutup awan gelap
Saat kau reda
Kembali pergi dibawa angin
Bunga-bunga bermekaran
Pelangi tampak hadir
Memberikan sercecah harapan
Hujan di sore
Kau datang ketika panas
Meneduhkan hingga sejuk
Teranggap duri
Disisikan pandangan
Tak sadar engkau hadiahkan pelangi
Untuk hati yang lara
Hujan hadir dalam kehidupan
Membawa diri memahami
Di balik gelapnya dirimu
Membanjiri kehidupan
Akan ada kebahagiaan
Hidup ini seperti hujan
Datangnya tak terduga
Saat terlena pada kenyamanan
Engkau datang meminjamnya
Mengubah sementara keadaan
Seperti halnya
Ketika hidup terlena
Diterpa badai kencang
Akan terasa begitu sulit
Namun
Akan ada sinar terang yang menjelma
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 2: Malam Indah
Aku menulis sebuah kisah
Cerita malam bersamamu
Bertaburan kesayuan
Saat malam tiba
Dinginnya suasana
Sembari angin meniup halus
Suara sayu terdengar
Air membasuhi kaki dan tangan
Sajadah terbentang
Bersujud memohon
Saatku merayu
Langit seakan tunduk
Seolah tahu tujuanku
Menangis dan berkata jujur
Perbuatan penuh noda
Kasihku yang suci
Kebesaranmu tak diragukan
Lewatmu pesanku tersampaikan
Akan kerinduan padamu
Akan cintaku padamu
Kasihku
Engkau memahami
Diriku rapuh dan hancur
Jiwaku hampa
Karena tertipu dunia
Kasihku engkau kekuatanku
Engkau maha pembuka hati
Maha mengembalikan keadaan
Hubungan yang rapuh
Telah kembali baik
Melewati malam indah
Penuh dengan ketaatan
Kasihku mendengar rayuanku
Untuk menjadi nyata
Sujud syukur
Kumohonkan padamu
Terima kasih atas rahmatmu
Selalu menerangi langkah kakiku
Malam ini kumenyadari
Kasihku adalah cinta terindah
Yang hadir di setiap langkah
Menemaniku hingga akhir hayat
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 3: Lentera Kehidupan
Saat gelap gulita
Tak ada rembulan
Tak ada bintang
Yang menerangi
Hanya gelap yang terbit
Menyusuri jalan terasa begitu sulit
Melihat situasi begitu hampa
Begitu sukar memahami jiwa
Saat aku berjalan
Berpegang pada sebuah lentera
Sembari berharap cahaya itu
Mampu tegar menjalani hidup
Saat lentera itu datang
Terasa dekat dengan kekasih
Kekasih tak berwujud
Namun sentuhnya dapat dirasa
Lentera menyala
Memberikan cahaya baru
Mengubah ketakutan
Menjadi keheningan
Mengajak merenung kan ketertinggalan
Lentera
Engkau memberi hingga tak tersadari
Engkau mampu menerangi
Jiwa hampa terisi harapan
Raga yang rapuh dipenuhi kekuatan
Kotor tersinari kejernihan
Hati yang terpinggirkan
Terobati dengan doa
Memang benar
Hakikatmu lentera
Menyinari sebuah kegelapan
Menjadi guru di setiap bidang
Memahami di sebalik kejadian
Mengubah alur kehidupan
Dari awal hingga akhir
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Puisi 4: Topeng Kehidupan
Kusangka
Langit terang-benderang
Tak akan pernah tertutupi kabut
Ternyata sang kabut selalu mengitari
Kukira pelangi
Akan mewarnai langit nan sendu
Kukira awan akan
Bercerita sebuah kisah
Kukira lautan akan
Menghampiriku
Ternyata hanya badai
Menerpa silih berganti
Hanya senja menjelma
Jadi sendu
Hanya hujan yang
Turun membasahi kalbu
Kukira
Rupa yang indah
Kata yang memuji
Akan mengandung budi mulia
Kukira
Rupa yang buruk
Kata yang merintih
Akan mengandung kesedihan
Ternyata
Kehidupan manusia sukar diterka
Seperti topeng sering berubah-ubah
Menunjukkan kebenaran
Menutup kebohongan
Mempertontonkan kebahagian
Menyembunyikan luka yang berdarah
Segala tipu daya
Ditunjukkan kepada sesama insan
Saling menyakiti
Saling menghancurkan
Saling memuji walau berduri
Untuk menggapai maksud
Kehidupan manusia
Selayaknya topeng
Manusia hidup berpura-pura
Rela terkorban hati dan pikiran
Entah
Sampai kapan harus hidup
Bersembunyi di balik topeng hitam
Mungkinkah sampai tiba di akhir masa?
Goresan Tangan: Mawar Sartika
Baca juga: Puisi Tentang Alam dan Keindahannya
Posting Komentar untuk "Puisi Tentang Hujan dan Gelapnya Kehidupan"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)