Mencintai Pekerjaan PNS sebagai Profesi Pelayan Publik
PNS?
Tentu bin pasti banyak peminatnya serta bergerombol para pejuangnya. Banyak pula yang menjadikan PNS selaku cita-cita sampai jadilah wujud paling tinggi dari harapan para orang tua.
Jujur saja, sepanjang belasan hingga puluhan tahun sekolah mestinya sinar karir kian jelas. Kuliah S1 sepanjang 4-5 tahun, tamat, celingak-celinguk sebentar sambil menanti uji CPNS, dan ketika ujian dibuka, langsung lulus.
Mantap sekali jalur hidup bila dapat sesederhana itu. Hahaha
Mencintai Pekerjaan PNS sebagai Profesi Pelayan Publik. Foto: Menpan.go.id |
Tetapi, belum pasti karir ini sejalan dengan atensi serta jurusan yang dikehendaki.
Kadangkala, mimpi serta khayalan indah tentang masa depan yang telah dibina semenjak SMA terpaksa pupus sebab tidak terdapat persetujuan orang tua.
Kadangkala pula atensi anak selaras dengan orang tua, tetapi tidak terdapat dana serta peluang yang muncul di dekatnya. Kesimpulannya? Terpaksa memilah jurusan lain yang "nyaman". Lha, daripada tidak kuliah!
Sepanjang kuliah, mulailah hadir ketertarikan dengan jurusan" paksaan". Walaupun keinginan lama masih bergejolak, tetapi benak senantiasa berteriak" sudahlah, terima saja realitas!". Di kala mengikuti jam kuliah bisa fokus, sedangkan sepulangnya...pikiran lama tiba. Terus saja, hingga tamat kuliah.
Hebatnya, takdir seolah mengajak sebagian orang untuk mencintai sekaligus "terpaksa" menyayangi suatu yang tidak dia minati.
Agaknya Tuhan lebih mengerta mana yang dia butuhkan, serta hidup ini tidak sekedar berkisah tentang apa yang kita mau.
Paradigma ini apalagi terus melaju hinggalah tiba profesi PNS. Walhasil, kerap terdengar pernyataan- pernyataan semacam ini:
"Saya sesungguhnya tidak berminat jadi guru mapel A. Tetapi, sebab nasib tadi..."
"Kalian tolong ajari anak materi yang tertuang dalam modul A serta Z ya, saya kurang mengerti jadi bunda tidak ajarkan. Saya ini sesungguhnya salah jurusan!"
Rasanya telah lebih dari belasan kali terdengar ocehan guru-guru yang menuju kepada pengakuan salah jurusan. Padahal sudah menjabat PNS, bahkan telah merengkuh gelar madya serta senior.
Apa sebenarnya yang salah?
Bisa jadi terdapat gejolak yang tidak biasa di hati para PNS yang menyangka bahwa dirinya salah jurusan.
Entah itu tentang perilaku diri yang tidak kunjung menerima realitas, tentang hati yang belum berminat, ataupun malah dalih dari diri yang tidak berkompeten, salah satu darinyabegitu mengusik kelanjutan hidup seseorang.
Sesungguhnya bila sebabnya merupakan keadaan diri tidak kunjung dapat menerima realitas, mengapa dulunya mengambil jalur itu. Mengapa mesti bersusah payah menempuh gang itu bila muaranya cumalah keluh.
"Bila sudah sejak lama tidak berminat mengajar, mengapa kemarin memaksakan diri mengikuti tes CPNS formasi guru!"
"Bila tidak ingin padat jadwal dengan administrasi kepegawaian, mengapa kemarin memaksa ikut tes CPNS formasi BKD!"
Sejumput tebakan jawabannya tidak lain adalah "iseng serta kebetulan lulus", "nasib mengajak diri menuju ke situ", serta bisa jadi sebab "gajinya yang terjamin".
Salah satu dari jawaban tersebut rasanya bakal keluar secara otomatis dari mulut sebagian PNS.
Bagaimana Caranya Mencintai Profesi PNS?
Seperti mantan pacar, untuk mencintai sebuah pekerjaan seperti PNS kita mesti move on terlebih dahulu. Move on dari segunung harap-harap lama, move on dari kisah- kisah indah lama, dan move on dari kegagalan atas pencapaian harapan masa lalu yang terpaut dengan jurusan.
Meski dari sisi" kata buku" menegaskan kalau bakat/minat ialah aspek mahdah dalam memilah jurusan, bukan berarti kita wajib menjajaki mindset kalau kehidupan ini cuma ditentu-tetapkan oleh bakat serta minat paling menonjol secara teori.
Tampaknya banyak pula orang-orang yang tadinya jurusan IPA tetapi sukses jadi wartawan serta jurnalis. Beberapa darinya malah jadi penceramah, motivator, serta social trainer.
Kebalikannya, banyak pula orang-orang yang tadinya jurusan IPS tetapi sukses berkarir di profesi statistik, sukses jadi akuntan, serta segunung kisah lainnya.
Berarti mereka gesit ber-move on, bukan? Barangkali di sela-sela move on telah hadir peluang emas yang turut serta menuntut mereka buat berganti arah. Alangkah indahnya bila terdapat peluang manis semacam itu.
Sesungguhnya jalur kilat buat move on merupakan "cari baru" alias memperoleh cinta baru. Bila itu PNS, berarti wajib lekas bergegas menyayangi profesi PNS.
Bukan apa-apa, ketidaksukaan terhadap profesi bakal menutup kesempatan serta kenaikan karir seseorang.
Jikalau diri sudah mencintai profesi --seperti PNS-- baik itu cinta dengan atmosfer mengajar, cinta dengan keunikan-keunikan kepribadian siswa, cinta dengan deadline kerja, serta cinta dengan rasa kekeluargaan antar sesama rekan kerja, berbagai peluang bakal tercipta dengan sendirinya.
Demi meningkatkan kecintaan semacam ini, PNS mau tidak tidak mau wajib tingkatkan kapasitas diri alias ingin belajar.
Belajar dalam memenuhi tugas pokok serta tanggung jawab profesi, belajar menguasai kepribadian serta keunikan siswa, mengoptimalkan kinerja dengan orientasi pemenuhan kepuasan serta kualitas, dan belajar untuk melayani. Ya, PNS itu pelayan publik.
Jika telah cinta dengan profesi, tentu masa baheula serta harapan lama bakal terlupa. Meski kadang- kadang masa kemudian itu mampir, singgah, serta cuma lewat di depan PNS, rasanya komitmen PNS yang telah kokoh tidak lagi gampang tergoda.
Bila semata-mata keluhnya adalah tentang asam urat, asam lambung, serta kerongkongan kering... Ah, tidak mengapalah... Hohoho
Ending- nya, jurusan bisa jadi hanya sekadar komponen-komponen kecil dari jalur hidup yang kita arungi. Maknanya, bakal terdapat banyak kesempatan dalam meningkatkan diri meski dengan profesi apapun itu.
Darinya, kita tidak perlu menutup diri dengan satu jurusan. Secara, tidak melulu yang baik bagi hati serta emosi dapat mendukung masa depan. Terkadang ada jalan lain yang sudah Tuhan siapkan.
PNS yang menyayangi profesinya, tidak akan berdalih kalau mereka sudah salah jurusan bila mengalami kesusahan.
Pelayan publik yang semacam inilah yang senantiasa dicintai oleh pemerintah, rakyat, siswa, serta seluruh orang. Menyayangi serta dicintai, kemudian menebar manfaat kepada seluruh alam.
Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika.
Baca juga:
Posting Komentar untuk "Mencintai Pekerjaan PNS sebagai Profesi Pelayan Publik"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)