Jadi Pemuda Harus Mampu Bangkit, Meskipun Terus Terjatuh Berkali-kali
Sempatkah kita hitung berapa kali smartphone kita terjatuh dalam waktu satu minggu?
Satu kali, 2 kali, 3 kali, 7 kali, ataupun malah kerapkali? Sebab seringnya jatuh, hp kita langsung rusak. Paling tidak kita wajib beli guard skin baru, atau jangan-jangan beli hp baru gegara digilas kendaraan. Haha.
Bisa jadi modal ganti rugi buat servis tadi telah nyaris setara dengan harga hp baru, yang berarti bahwa para pemuda perlu berlagak hati- hati supaya tidak jatuh dalam derita yang sama. Tetapi lagi-lagi ini memakan waktu yang lumayan panjang, bersama berubahnya prinsip kita.
Jadi Pemuda Harus Mampu Bangkit, Meskipun Terus Terjatuh Berkali-kali. Gambar oleh Pexels dari Pixabay |
Masih berangkat dari persoalan yang sama, tetapi kali ini terpaut soal kehidupan. Sempatkah kita selaku pemuda tersandung permasalahan yang itu-itu saja dalam waktu satu minggu?
Untuk yang kerap telat kerja, bisa jadi nyaris tiap hari mereka telat tiba ke kantor. Hal tersebut adalah mungkin berawal dari rasa malas dalam mengalami permasalahan serta ribetnya kerja.
Intinya, mereka senantiasa mendatangkan permasalahan yang sama serta terus berupaya buat berlari dari permasalahan itu.
Apa yang salah di dunia ini? Sementara itu, belum pasti permasalahan yang membuat kita merasa hendak" jatuh" tidak dapat kita hadapi.
Mengapa malas bangun dari semua ini? Sementara itu, gegara satu permasalahan saja kita kerapkali jatuh, jatuh, serta jatuh lagi. Tetapi lama-lama kita dapat bangun darinya, walaupun harus berulang kali terjatuh.
Sejenak kita kaitkan pemuda dengan aktivitas bangun tidur di kala mati lampu. Dalam proses bangun, kita butuh berulang kali mempersiapkan anggota badan. Mulai dari meluruskan kaki, menyigapkan tubuh, mencari pegangan, sampai mengangkut kepala.
Dari persiapan ini, kepala kita terkadang terbentur sesuatu, kaki kita bisa jadi hendak terhimpit dengan kaki sebelahnya, pinggang yang salah tumpuan, dan tangan kita yang salah pegang.
Normal saja, kan? keadaannya begitu kelam sekalian menunjukkan kalau belum terdapat sinar cerah yang dapat lekas melenyapkan gelapnya permasalahan.
Bila mati lampu terus berjalan sampai sebagian hari, maka sepanjang sebagian hari itu pula para pemuda bakal menghadapi permasalahan dalam bangun tidur.
Uniknya, bila tidak terdapat pergantian sikap yang berarti, para pemuda siap-siap saja terus jatuh ke dalam sumur permasalahan yang sama tanpa dapat bangun serta keluar darinya.
Bersandar dari sana, rasanya diperlukan sejumput perilaku" bangun" supaya permasalahan lekas bisa diatasi. Sikap-sikap ini sepatutnya dapat jadi prinsip para pemuda kedepannya.
1. Displin dan Gigih
Masalah- masalah simpel dalam kehidupan pemuda umumnya berawal dari sikap indisipliner yang senantiasa bertumbuh.
Mirisnya, permasalahan simpel ini terus membengkak tanpa ingin mereka selesaikan dengan lekas. Misalnya semacam rutinitas bangun pagi, tiba sekolah/kuliah serta buat tugas secara on time, serta persoalan-persoalan lain yang sejenis.
Jikapun permasalahan yang mereka hadapi mulai meningkat berat, mayoritas pemuda malah menghadapinya dengan menampilkan sikap inkonsisten alias plintat-plintut.
Katakanlah semacam adu alasan di kala rapat organisasi, usulan yang tidak diterima di kala berdiskusi, sampai kedatangan mantan yang sempat mengecewakan di dalam organisasi.
Sebab hal-hal ini, banyak pemuda yang urung buat bertahan lama di dalam organisasi tersebut. Entah apa yang merasuki pendirian mereka, sampai tiang-tiang prinsip para pemuda sangat gampang buat dirobohkan.
Secepatnya, kedisiplinan dan kegigihan wajib lekas bertumbuh di dalam jiwa para pemuda demi terciptanya hijrah sikap yang nyata.
2. Jangan Terlalu Khawatir Menghadapi Masalah
Tidak hanya itu, wujud permasalahan yang telah tersugesti susah dalam diri serta memunculkan beribu kecemasan kerapkali jadi alibi para pemuda buat susah bangun dari kejatuhan.
Sebab sugesti negatif ini, mereka telah keduluan khawatir sesaat sebelum ingin berupaya mengalami permasalahan tersebut.
Ibaratkan memetik buah durian, mereka telah terlebih dulu takut dengan duri tanpa ingin mencicipi durian tersebut. Sementara itu, bila saja mereka ingin sedikit" jatuh" walaupun berulang kali, nanti mereka dapat merasakan nikmatnya makan durian.
Tetapi yang tarjadi adalah, tiap mereka berjumpa dengan durian tiap itu pula mereka menjauh. Sementara itu durian itu lezat loh. Ya, walaupun tidak seluruh orang suka makan durian. Hehe
Begitu rasanya kondisi nyata yang merambat jiwa para pemuda hari ini. Normal saja bila dikatakan kalau para pemuda kurang kreativitas, kurang mental, serta pernah tersebut generasi micin.
Jujur saja, mereka yang menemukan gelar-gelar negatif semacam ini telah terlebih dulu kalah tanpa ingin mengkhayal nikmat terindah di ujung jalur perjuangan.
Memanglah tidak seluruh pemuda demikian. Tetapi dengan mulai menjalarnya masa digitalisasi di hari ini serta kedepannya, merambat pula prinsip-prinsip yang salah serta cenderung terlalu khawatir mengalami permasalahan.
Misalnya, prinsip" bila orang lain bisa, mengapa saya tidak bisa!", saat ini malah berubah menjadi
" bila masih ada orang lain, mengapa wajib saya!"
jika semacam ini slogan, kapan majunya?
3. Jangan Terlalu Gampang Menyerah
Ketakutan akan salah serta sakitnya terjatuh kerapkali jadi biang permasalahan mengapa para pemuda sulit buat bangkit.
Entah ini penanaman prinsip semenjak kecil dari guru ataupun tidak ingin keluar jadi zona benak aman, tetap saja masing-masing darinya menyebabkan kekacauan.
Bagaimana tidak, perilaku gampang menyerah sama saja dengan lari dari permasalahan. Bagaimana permasalahan bakal berakhir bila kita terus melarikan diri.
Ibarat ingin mencari rumah pacar, bagaimana bisa ketemu bila tiap kali kita berjumpa dengan orang lain diri ini langsung kabur. Yang terjadi nantinya malah pacar kita keburu diambil orang. Hoho
Perasaan serta sugesti lemah semacam ini wajib lekas dilawan serta diganti. Memanglah berat mengganti prinsip, tetapi lagi-lagi memanglah semacam seperti itu hal yang seharusnya.
Butuh keteguhan mendalam bahwa setelah kesusahan tentu terdapat kemudahan. Tiap permasalahan tentu terdapat jalur keluar. Serta tiap kali nyasar di kala mencari rumah pacar, kesimpulannya ketemu pula. Hihi
4. Segera Jemput Target yang Masih Menginap di Ruang Fatamorgana
Target seorang pemuda sesungguhnya" wah- wah" bombastis, serta sangat indah buat dikhayalkan. Misalnya ingin jadi politisi, jadi pejabat struktural, jadi anggota dewan, hingga kemauan kokoh buat memiliki lahan usaha sendiri. Tetapi, apa yang diusahakan?
Yang ingin jadi politisi malah pasif serta tidak ingin berdialog walau hanya sepatah kata di kala berdiskusi.
Yang ingin jadi pejabat struktural tidak ingin gabung salah satu organisasi, sedangkan yang ingin jadi wirausahawan tidak ingin berliterasi serta berupaya lebih.
Padahal, seluruh khayalan yang indah ini bakal terus menginap di ruang fatamorgana bila tidak kunjung terdapat realisasi yang nyata.
Ujung- ujungnya, mereka akan senantiasa jatuh ke dalam sumur khayalan tanpa ingin berupaya keluar serta memandang secercah kebahagiaan.
Bagaimana bisa menemukan pemecahan penyelesaian permasalahan bila tidak terdapat realisasi. Ataupun telah keduluan khawatir?
Tidak ada orang yang ingin menginap bersama permasalahan, apa lagi bila harus sekamar dengan fatamorgana.
Alhasil, meski terjatuh hingga berkali-kali, diri wajib lekas bangkit. Tibanya permasalahan ialah untuk dihadapi, jadi hadapilah. Khayalan indah? Wujudkan segera dengan karya.
Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika.
Baca juga:
Posting Komentar untuk "Jadi Pemuda Harus Mampu Bangkit, Meskipun Terus Terjatuh Berkali-kali"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)