6 Adab Siswa Terhadap Guru dalam Kitab Taisirul Khollaq
اعْلَمْ بِأَنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لَا يَنَالُ الْعِلْمَ وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ إِلَّا بِتَعْظِيْمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ وَتَعْظِيْمِ الْأُسْتَاذِ وَتَوْقِيْرِهِ
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan kebermanfaatan ilmu, kecuali dengan memuliakan ilmu dan para ahli ilmu serta mengagungkan dan memuliakan guru.”
Kalimat di atas adalah salah satu kutipan dalam kitab Ta’lim Muta’allim yang ditulis oleh Asy-Syaikh Az-Zarnuji pada pasal memuliakan ilmu dan ahli ilmu.
Dari kalimat tersebut dapat kita maknai bahwa salah satu cara agar ilmu yang kita pelajari bermanfaat adalah dengan menghormati dan memuliakan guru.
Dalam artian, sesungguhnya adab atau sopan santun menduduki tempat yang paling penting dan tak bisa diabaikan dalam perjalanan menuntut ilmu seseorang.
Adab Siswa Terhadap Guru. Ilustrasi: Islami.co |
Orang akan dihargai karena berakhlak baik bukan karena berilmu tapi kelakuan tak mencerminkan ilmu yang dimilikinya.
Dewasa ini, banyak kita temukan bagaimana tidak tahu dirinya seorang pelajar membentak bahkan sampai menendang gurunya sendiri.
Mereka merasa sok jagoan dan tidak merasa bersalah sama sekali dengan memperlakukan gurunya seperti itu. Hal tersebut sudah menjadi salah satu bukti akan kemerosotan akhlak pada generasi penerus bangsa di negeri kita.
Sangat miris sekali ketika ilmu hanya dijadikan sebagai bahan kecongkakan diri.
Dengan dalih bahwa seorang guru sudah dibayar, tak serta merta menjadikan ilmu yang akan dipelajari bisa terbeli dengan uang tanpa memperhatikan adab dan sopan santun kepada ahli ilmu alias sang guru.
Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban mutlak bagi penuntut ilmu atau seorang siswa untuk menjaga perilakunya terhadap sang guru.
Disarikan dari kitab Taisirul Khollaq karya Hafidz Hasan Al-Mas’udi bahwa ada 6 adab seorang siswa terhadap guru. Berikut sajiannya:
1. Tunduk di Depannya
( الْخُضُوْعُ أَمَامَهُ)
الْخُضُوْعُ memiliki arti menunduk atau membungkuk sebagai bentuk penghormatan. Tunduk di depan guru dapat memiliki arti bahwa seorang siswa tidak boleh mendongakkan muka ataupun membusungkan badannya di hadapan guru.
Membungkukkan badan sebagai bentuk memuliakan dan menghormati guru menjadikan hati para penuntut ilmu tidak congkak dan sombong.
Tunduk terhadap guru juga dapat dilakukan dengan apabila bertemu guru di jalan maka menyapanya, memberikan salam dan mencium tangan serta memberikan senyum terbaik tanpa ada pandangan kesal.
2. Duduk dengan Sopan Menghadapi Pelajaran
(الْجُلُوْسُ فِى دَرْسِهِ بِالْأَدَبِ )
Posisi duduk seorang siswa sangat menentukan apakah ia menghormati keberadaan sang guru di hadapannya atau tidak.
Mengangkat kaki, menyerongkan badan yang seolah tak memperhatikan guru, ataupun membelakangi guru menunjukkan kurangnya sopan santun pada diri siswa.
Apabila guru sedang menjelaskan sesuatu, maka sudah selayaknya bagi siswa untuk merapikan cara duduknya dan posisi badanya, sehingga mengartikan bahwa siswa sangat memuliakan ilmu yang dipelajarinya beserta guru yang mengajarkannya.
3. Mendengarkan Perkataan Guru
(حُسْنُ الْاِصْغَاءِ إِلَى مَا يَقُوْلُهُ)
Apabila guru berbicara atau menjelaskan pelajaran, maka sudah kewajiban bagi seorang siswa untuk mendengarkan dengan baik.
Selama apa yang dikatakan oleh sang guru itu adalah sebuah kebaikan dan kebenaran, maka siswa harus patuh.
Jangan sampai seorang siswa asyik berbicara atau bahkan bermain-main dengan teman saat guru sedang berbicara.
Selain menciderai hati guru, hal tersebut dapat menjadikan ilmu yang kita pelajari tidak utuh, karena ada beberapa atau bahkan banyak yang terlewatkan. Jika sudah seperti ini, maka dikhawatirkan pula ada kesalahan dan memahami ilmu.
4. Tidak bergurau
(تَرْكُ الْمِزَاحِ)
Tentu saja, bergurau di sini bermakna gurauan yang tanpa batas, apalagi asyik bergurau sendiri bersama teman ketika guru berbicara.
Melempar gurau sebagai pemanis suasana pembelajaran boleh-boleh saja. Namun, yang perlu diperhatikan adalah gurauan tidak menyakiti hati guru ataupun semua siswa, serta tidak jauh-jauh melenceng dari tujuan pembelajaran.
Akan lebih baik jika gurauan yang terlempar memiliki kaitan dengan pembelajaran sehingga belajar akan lebih bermakna dan rileks.
5. Tidak memuji guru lain di hadapannya
(أَلَّا يَمْدَحُ غَيْرَهُ مِنَ الْعُلَمَاءِ بِحَضْرَتِهِ)
Seorang siswa tidak seharusnya memuji guru lain di hadapan sang guru untuk menghindari kesalahpahaman.
Karena ditakutkan bermakna mencela, menyindir, atau membandingkan guru dengan guru lainnya.
Hal ini juga memberi makna bahwa siswa perlu menjaga perasaan sang guru dengan selalu menjaga perkataannya dengan membiasakan berkata-kata yang baik.
Menyinggung hati guru menjadikan ilmu yang kita peroleh menjadi tidak bermanfaat bahkan cenderung susah memahami dan menyerap ilmu yang sedang dipelajari.
6. Tidak Boleh Malu Bertanya
(أَنْ لَا يَصُدَّهُ الْحَيَاءُ عَنِ السُّؤَالِ عَمَّا لَا يَعْرِفُ)
Terdapat pepatah yang berkisah bahwa, “malu bertanya sesat di jalan”.
Pepatan tersebut benar sekali. Ketika terdapat materi atau ilmu yang belum diketahui dan dipahami, menjadi hak seorang siswa untuk bertanya.
Jika malu bertanya, maka dikhawatirkan akan timbul kesalahan dalam memahami apabila dipahami sendiri. Karena kedudukan guru sebagai pembimbing memiliki tugas untuk selalu membimbing siswa menuju pemahaman yang baik dan benar.
Tentu saja, adab yang baik tak boleh dikesampingkan ketika mempertanyakan sesuatu. Bertanya dengan kata-kata dan nada yang sopan serta tidak ada unsur menantang sang guru sangat perlu diperhatikan di sini.
Seperti itulah beberapa adab siswa terhadap guru yang terdapat dalam kitab Taisirul Khollaq.
Kitab ini biasa dipelajari di pesantren-pesantren ataupun madrasah diniyah. Sudah sekiranya bagi kita semua para penuntut ilmu untuk bisa mengambil ilmu dan hikmah dari kitab yang sudah disusun oleh para orang-orang sholih.
Semoga kita bisa mengikuti jejak mereka sebagai orang berilmu dan tentunya beradab.
Terima kasih.
Ditulis oleh Firda Fatimah.
Baca juga:
Posting Komentar untuk "6 Adab Siswa Terhadap Guru dalam Kitab Taisirul Khollaq"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)