Puisi: Curup dan Senja yang Lupa Menghilang
Danau Mas Harun Bastari. Gambar dari Pedoman Bengkulu via wisato.id |
Kota idaman, begitu panggilanku terhadapnya. Ia menghadirkan kesejukan. Ia menghadirkan keindahan.
Dan, ia juga menghadirkan segumpal kecintaan. Itulah Curup, awan kuberdetuh hingga hari ini.
Dari semenjak bola mataku terbit ke dunia, keadaannya tidak jauh berubah. Di sudut-sudut jalan kulihat ada cahaya.
Di sudut-sudut taman kulihat ada cahaya. Dan di sudut-sudut ladang kulihat juga ada cahaya.
Cahaya apakah itu?
Namanya senja. Senja yang selalu indah untuk dinanti. Senja yang selalu berat untuk dirindu.
Dan senja yang selalu penuh rasa untuk dicipta. Dari dulu hingga sekarang, Curup selalu punya senja.
Tapi, bagiku senja di Curup selalu lupa menghilang. Senja tetap ada walau diriku hampir terbenam. Begitu juga dengan engkau.
Engkau terbit, senja itu masih berdikari. Ia membakar patah-patah arangmu. Ia biarkan bara membaraimu.
Tak mengapa, bukan?
Kukira, biarlah senja terus bergelora bersama kota ini. Curup tetap kota idaman. Biarlah pula ia didampingi oleh senja yang lupa menghilang.
Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika.
Posting Komentar untuk "Puisi: Curup dan Senja yang Lupa Menghilang"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)